Lisa mengakui kebodohannya. Sikap impulsif yang baru saja ia lakukan membuat dirinya kesulitan. Berada di jalanan tengah malam baginya sangat menyeramkan. Bukan hanya hantu yang membuatnya takut, tetapi juga orang-orang jahat yang mungkin berkeliaran.
Kendati demikian, dirinya tidak mungkin mengalah dari egonya dan kembali ke rumah Jennie, mengetahui bagaimana Jennie akan merasa menang karena Lisa tidak tegas. Jujur saja, Lisa sedikit kecewa kepada kekasihnya, karena ia pikir Jennie akan mengejarnya seperti yang seringkali ia lihat pada film-film romansa yang ia tonton—sayangnya, merek tidak sedang berada di dalam sebuah film.
Lisa mendengar suara ranting pohon bergerak, dirinya menjadi parno, meski mungkin saja itu karena angin, tetapi ketakutannya sudah membesar, sehingga pada akhirnya ia mengeluarkan telepon genggam dan menelpon 911 pribadinya—Jisoo.
"Jisoo, cepat jemput aku, aku mohon..."
"What the fuck? Ini jam 3 pagi, kau gila?"
"Aku bertengkar dengan Jennie, aku meninggalkan rumahnya ingin kembali ke rumahku, sekarang aku sudah di jalan tapi tidak ada siapa-siapa di sekitar. Please help me."
"Ya Tuhan, aku tidak pernah mengajarimu untuk bersikap bodoh. Kau di mana sekarang?"
"Aku sudah kirimkan lokasi, tidak jauh dari tempatmu."
"Oke, tunggu di sana. Aku akan menjemputmu."
"Tidak mau, di sini seram. Aku ke mini market 24 Jam terdekat saja."
"Suka-suka dirimu saja. Tapi ingat, hati-hati, kalau ada orang yang menghampirimu, pura-pura jadi gila atau kesurupan saja. Mereka pasti bakal takut!"
Lisa ingin berargumentasi terhadap pernyataan Jisoo, tetapi ia urungkan niatnya dan berharap Jisoo cepat datang.
"Oke, pertama, kau ceroboh. Kedua, kau impulsif. Ketiga, bagaimana kalau ada sesuatu hal terjadi sebelum aku datang?" Ujar Jisoo seperti seorang ibu yang khawatir akan anaknya.
Ia membuat Lisa duduk sedangkan ia mondar-mandir sambil menasihati Lisa. Lisa merasa kecil, namun ia pantas mendapatkan itu semua. Jisoo selalu saja melindunginya dan berlagak seperti ia yang paling tua dan bertanggung jawab atas apapun yang menimpa Lisa, ia tidak pernah rela jika ada hal buruk yang terjadi kepada sahabatnya itu.
"Maaf." Ungkap Lisa penuh rasa bersalah.
Jisoo menghela napas panjang, melihat temannya yang sudah menekuk wajah, ia pun jadi tidak enak hati dan pada akhirnya ikut duduk di samping Lisa.
"Lalu, sekarang, apa Jennie sudah mengabarimu?"
Lisa menggeleng. Tadi malam baik dirinya maupun Jisoo tidak berbicara banyak dan segera tidur, pagi ini, Lisa bahkan belum sempat memeriksa ponselnya karena sahabatnya sudah dalam mode menasihati.
"Aku akan mengantarmu pulang."
Lisa tidak lagi menanggapi Jisoo, ia hanya mengangguk dan mengikuti Jisoo seperti ekor.
———
Saat Lisa sampai di rumahnya, ia segera disambut oleh ibunya dan Jennie yang sedang bercengkrama layaknya teman. Jennie memang lebih dekat dengan ibunya Lisa, sangat berbeda ketika ia berbicara dengan ibunya sendiri.
Jennie tiba-tiba terdiam saat ia melihat Lisa. Keduanya tidak ada yang mulai menyapa hingga ibunya memecahkan suasana dan menyambut kedatangan Lisa dan Jisoo.
"Jisoo, sudah lama tidak main. Hari ini kau sibuk?" Tanya Ibunya Lisa ramah seraya menghampiri Jisoo dan setengah menenggelamkan tubuhnya ke dalam dekapan. Ibunya setengah menyeret Jisoo seolah ingin Lisa dan Jennie memiliki ruang bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/290569283-288-k69546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky We Met [JENLISA] [GXG] [BAHASA INDONESIA / ID]
Fiksi PenggemarLisa si ceroboh dan berantakan, hobinya makan permen asam dan gummy bear, bertemu dengan Jennie si perfeksionis. Keduanya memiliki kebiasaan yang saling bertolak belakang, namun harus tinggal bersama selama 6 bulan di sebuah villa di Pulau Jeju, tem...