down

1.2K 185 42
                                    

Chanyeol berfirasat bahwa, ucapan Ayahnya bukan sekedar omong kosong.

Ia sudah hafal betul sifat sang Ayah yang sialnya dia tak sadar sifat tersebut turun padanya.

Tapi Chanyeol ingin menjadi lebih baik.
Cukup baginya menyakiti, bahkan menyebabkan kematian pada Baekbee dan janinnya.
Ia merasa bahwa apa yang di lakukan Baekhyun padanya selama ini bagai tamparan baginya.
Ia harus berubah.

Mencoba menggerakan badannya,namun ia tak mampu.
Jari-jemari hanya bisa mengetuk permukaan kasur.

Chanyeol menggeram marah, ia kesal pada dirinya sendiri.
Bagaimana untuk membantu Baekhyun.
Mempertanggung jawabkan pada diri sendiri saja, ia tak mampu.

Keringat membanjiri.
Ia berusaha, sampai menemui titik akhir.






********

Hari mulai petang, entah mengapa Baekhyun enggan beranjak dari halte bus di sekitar kamus.

Seakan medan magnet melekat pada tubuhnya, menyuruh pria mungil yang terlihat cukup menggigil karena musim salju tersebut tetap di tempat.

Ia menatap rembulan dengan tatapan redup.
Teringat percakapannya dengan Oh Sehun.

Pria itu tidak banyak membahas Park Chanyeol.
Ia mengaku malu terhadap sikap Chanyeol selama ini.
Tapi ia juga merasa kasihan pada sahabatnya tersebut.

Gangguan mental sejak kecil memaksanya menjadi sosok yang bahkan Sehun sendiri tak kenali.

Hal itu yang membuat fikiran Baekhyun bercabang.

Park Chanyeol menderita gangguan mental sejak kecil.

Sekali lagi, ia menggelengkan kepala.
Tekadnya sudah bulat, kehancuran Chanyeol adalah tujuan utamanya.
Maka ia harus dengan cepat melupakan perasaan pada pria tersebut.


Baekhyun berdiri dari duduknya, kaki terasa keram membeku, namun ia tak peduli.
Jadwal bus sudah tak beroprasi lagi, jadi ia gunakan kaki mungil untuk membawanya pergi dari halte.

Sedikit memekik, Baekhyun terkejut saat sebuah mobil berhenti menghadang jalannya.

Ia tak menyadari bahwa mobil suv tersebut telah membuntutinya sejak tadi.

Seorang pria paru baya yang sedikit ia kenali muncul.

Park Siwon ?.

Iya yakin itu dia, untuk apa?.

Baekhyun mendongak kala pria parubaya itu berhenti tepat di depannya.

"Bisa kita bicara berdua?" tanya Siwon tanpa basa basi.

Baekhyun menaikan satu alisnya, mencoba menerka tujuan pria tersebut.

Tapi ia yakin, tujuannya tidak lain tidak bukan menyangkut putra semata wayangnya yang bermasalah.

"Saya tidak punya cukup waktu tuan untuk berbicara pada orang asing" ucap Baekhyun tegas.

Siwon tertawa terbahak-bahak, tepukan tangannya mengganggu pendengaran si mungil.

"Astaga, kau berani sekali jalang" kata-kata Siwon sedikit menyulutkan emosi.

"Saya masih meminta secara baik-baik denganmu, maka turuti lah" mendekatkan bibirnya pada telinga kiri si mungil.

"Jika tidak..." terdengar bunyi pistol yang terisi peluru.

"Maka peluru ini akan bersarang di kepalamu" menempelkan pistol tepat di dahi Baekhyun yang terlihat tak gentar sedikitpun.

twin bee (DISCONTINUE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang