"SHINTA!"
Shinta menengok ke belakang, matanya menangkap keberadaan Jihan yang sekarang berlari ke arahnya sambil merentangkan tangan.
Hari ini hari pertama Shinta datang ke kampus setelah menikah. Untuk melakukan bimbingan, tentu saja. Dan ternyata sahabat sekaligus tetangganya ini ada di kampus untuk bimbingan juga. Karena sudah lumayan lama tidak bertemu, jadi seperti ini lah. Heboh sendiri di koridor kampus seperti dua teman yang sudah lama tidak bertemu hingga membuat banyak mata menatap ke arah keduanya.
Jihan langsung memeluknya erat. Sedangkan Shinta hanya pasrah dipeluk begitu erat olehnya.
"Gue kangen banget woyy!" ucap Jihan semangat sambil berjingkrak.
"Lebay! Gak ketemu semingguan doang."
"Kita kan bestie, Shinta! Kemana-mana bareng terus kaya Upin & Ipin. Jadi sehari aja pisah rasanya kaya setahun."
"Najis, jijik banget anjir, lebay banget lo!" Shinta melepaskan pelukan Jihan dengan ekspresi gelinya.
Jihan menatapnya kesal. "Lo bisa gak sih ngatain guenya sekali aja? Emang lo gak kangen sama gue?"
"Engga."
"Sialan."
Tidak mempedulikan kekesalan sahabatnya, tangan Shinta bergerak merangkul bahunya. Hingga membuat Jihan sedikit menunduk dan mau tidak mau harus mengikuti langkahnya.
"Urusan lo udah selesai, kan?"
"Kenapa tanya-tanya? Mau neraktir gue?"
"Iya."
Jihan membulatkan matanya. "Hah?! Serius?"
"Kenapa? Lo gak mau gue terakhir?"
"Mau lah! Tapi fishy banget tiba-tiba jadi baik kaya gini."
"Emang gue biasanya jahat?"
"Ini lo tanya karna beneran gak tau?"
Shinta menyengir mendengar perkataan Jihan. Otaknya secara otomatis mengingat kembali kejahilan-kejahilan yang dibuatnya selama ini kepadanya.
"Lagian lo nista-able banget, sih. Gue kan jadi seneng jahatin lo."
Mata Jihan membola tidak terima. Tangannya langsung melepas paksa rangkulan Shinta padanya.
"Jauh-jauh lo!"
Shinta tertawa, merangkul kembali bahunya. "Sorry-sorry. Sekarang beneran gue mau neraktir lo. Gak bakal lagi gue bilang dompet gue ketinggalan."
"Awas aja sampe kibulin gue lagi!"
Shinta berdecak. "Iya elah. Mau gak nih? Kalo gak mau gue, mau langsung pulang!"
"Dih, kenapa jadi galak?"
"Lagian lonya seudzon mulu sama gue!"
"Gara-gara kelakuan lo juga!"
-Suami Terbaik-
Dan akhirnya, di sini lah keduanya. Di tempat makan mie pedas langganan mereka yang letaknya tepat di depan kampus.
"Ji, tau gak sih-"
"Engga."
Jihan tersenyum senang melihat Shinta menatap datar ke arahnya. Rasanya sudah lama tidak membuatnya kesal seperti ini.
"Lanjut."
Shinta mendengus kasar. Walaupun kesal, dia tetap melanjutkan apa yang ingin diucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Terbaik
SpiritualShinta dibuat bimbang luar biasa saat maminya mengatakan jika pria yang selama ini disukainya tiba-tiba datang melamar. Shinta senang tentu, tapi di sisi lain, dirinya juga belum siap jika harus langsung dijadikan seorang istri. Dilihat dari manapun...