Jaemin mengibarkan bendera putih. Ia sudah menyerah. Makhluk berdosa sepertinya tidak pantas mendapatkan balasan maaf terutama dari Ayahnya.
Hari ini Jaemin berencana akan pulang ke rumahnya dan Jeno mengingat besok hari Senin dan ada beberapa tugas yang belum sempat dikerjakan. Pagi ini Jaemin tampak tak bertenaga. Makannya pun sedikit hingga Jeno turun tangan untuk menyuapi istrinya.
"Bunda, setelah ini kami mau pulang," kata Jeno.
"Nanti sore kan bisa, Na, Jen?" tanya Winwin.
"Bisa sih, tapi Jeno masih punya tanggungan tugas besok tenggat waktunya," balas Jeno. Winwin mengangguk paham.
---
"Nana, Jeno, dipanggil Ayah," kata Winwin.
Yang merasa terpanggil pun sontak menghentikan kegiatannya, menaruh makanan ke dalam wadah untuk dibawa ke rumah nanti. Jeno dan Jaemin saling melempar pandangan.
'Ayah? Kenapa?'
---
Ruangan itu sunyi meski ada tiga manusia di dalamnya. Yuta, Jeno, dan Jaemin, tak ada satupun dari mereka yang membuka mulut.
"Nana."
Jaemin sedikit tersentak ketika Yuta memanggilnya dengan panggilan kesayangan.
"Ayah itu bukan orang tua yang baik, ya?" tanya Yuta dengan tatapan kosong. Mata Jaemin terbelalak.
"Seharusnya Ayah yang menjadi pelindung anaknya, tapi Ayah gagal."
Jeno di sana hanya bisa diam. Ia hanya bisa menyimak percakapan antara Ayah dan Anak ini.
"Maafin Ayah, ya. Ayah belum—enggak—Ayah gak bisa jadi orang tua yang baik."
Yuta mulai menitikkan air mata, "Ayah yang salah, Nana gak salah."
Tanpa membalas, Jaemin langsung memeluk Yuta yang duduk di atas tempat tidur. Menumpahkan air mata yang sejak tadi sengaja ditahan. Jaemin menangis meraung-raung. Yuta menangis tanpa suara. Jeno? ia seperti peserta yang gagal dalam try not to cry challenge.
"Kenapa Ayah minta maaf. Ayah gak salah, Nana yang salah," kata Jaemin di sela-sela tangisannya.
"Ayah yang salah, Nana."
"Kita semua salah."
Yuta melirik ke arah Jeno yang sibuk mengusap air matanya tanpa melepaskan pelukan.
"Jeno gak mau peluk Ayah?"
Jeno pun memeluk Yuta dan Jaemin tidak terlalu erat. Ingat ada seseorang di perut Jaemin. Air mata Jeno kini turun dengan leluasa.
Beberapa menit kemudian pelukan hangat itu terlepas. Jaemin dulu yang melepas karena sesak. Bagaimana tidak, ia diapit oleh dua lelaki berbadan besar.
"Nana ingusnya tumpeh-tumpeh, tuh," celetuk Yuta jenaka. Ayah Yuta yang humoris telah kembali.
"Ihh Ayah," Jaemin mengelap bawah hidungnya dengan lengan gamis.
Tawa menghiasi ruang tersebut. Atmosfer yang tadinya dingin mulai perlahan menghangat.
"Jeno," panggil Yuta.
"Tolong jaga Nana, ya. Janji buat selalu bersama Nana apapun yang terjadi."
"Baik Ayah. Jeno janji."
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/280669439-288-k667236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
2gether | Nomin [END]
FanfictionMenjadi orang tua di usia muda bukan keinginan Jeno dan Jaemin. Karena kesalahan yang mereka perbuat, mau tak mau mereka harus mempertanggungjawabkannya. Nomin GS!