Pagi hari yang begitu gelap. Awan kumulus telah berkumpul membentengi matahari. Tak lama setelah itu rintik air mulai turun mengujam apapun di bawahnya. Begitu deras dengan gemuruh guntur yang bersahut-sahutan.
Semua visualisasi itu tertangkap oleh netra Jaemin melalui jendela dapur. Menjadi saksi alam yang sedang mengamuk. Masakannya telah jadi, tetapi ia masih betah menonton derasnya hujan.
"Aku jadi kangen Ayah."
Teringat dulu Jaemin masih takut dengan suara hujan dan guntur. Ia selalu mencari sang Ayah, memintanya untuk mendekap lalu merapalkan kata-kata penenang.
"Tapi aku telah membuatnya membenciku."
Sekitar tiga bulan yang lalu, saat Jaemin mengetahui suatu fakta mengejutkan. Ia mengandung, hasil perbuatan dosanya bersama Jeno. Fakta itu membuat Ayah Jaemin marah, sangat marah. Marah kepada sang putri yang tidak dapat menjaga kehormatannya dan kepada diri sendiri yang tidak bisa menjaga putrinya. Kalau Bunda, ia hanya kecewa, tak sampai marah. Bunda lebih takut tentang masa depan anaknya.
"Bagaimana caranya agar aku dapat membuat mereka bahagia lagi?"
Jika saja ia tidak mengajak Jeno untuk kerja kelompok di rumahnya. Jika saja ia tidak berpacaran dengan Jeno. Jika saja ia tidak mengenal Jeno.
Jaemin menyesal. Namun, tiada guna. Nasi sudah menjadi bubur.
"Apakah Allah akan mengampuni dosa besarku?"
---
Jaemin duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan ponselnya. Menggulir-gulir aplikasi belanja daring melihat-lihat produk bayi. Pakaian, sepatu, dot, ia semakin tak sabar untuk menimang anaknya.
Sementara itu Jeno duduk di bawah sibuk dengan laptopnya yang ditaruh di atas meja. Membuat desain. Jeno mencoba untuk menjadi freelancer sebagai desainer.
"Sayang, ini kalo dikasih warna putih bagus, gak?" tanya Jeno sembari memutar layar laptopnya menghadap sang istri.
"Bagus kok. Btw desain mas bagus. Semoga dengan logo baru ini toko roti Tante Ten jadi lebih ramai."
Pelanggan pertama Jeno adalah Seo Ten, sahabat Mama Jeno. Ten mengerti tentang masalah Jeno dan Jaemin. Ialah yang menjadi tempat curhat keduanya.
"Aamiin... Baik banget, sih, istrinya Mas Jeno ini."
Jaemin tersenyum malu. Jeno tertawa, berhasil menggoda istrinya. Lalu ia kembali pada pekerjaannya.
Dering telepon Jaemin berbunyi. Bunda.
"Assalamu'alaikum, Bunda."
"Wa'alaikumussalam. Jaemin, Ayah..."
"Ayah kenapa, Bun?"
"Ayah habis kecelakaan."
TBC
Double update yuhuu

KAMU SEDANG MEMBACA
2gether | Nomin [END]
FanfictionMenjadi orang tua di usia muda bukan keinginan Jeno dan Jaemin. Karena kesalahan yang mereka perbuat, mau tak mau mereka harus mempertanggungjawabkannya. Nomin GS!