Suntikan Semangat

1.9K 233 3
                                    

Pagutan itu terlepas ketika mendengar suara ketukan pintu.

"Biar aku aja yang buka," kata Jeno lalu beranjak menuju kasur menuju pintu utama.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Eh, Mommy," Jeno menyalimi Taeyong.

Seorang wanita berusia hampir kepala empat terlihat begitu pintu telah terbuka. Jung Taeyong, Ibunda dari Jeno.

"Masuk dulu, Mom."

Taeyong memasuki area ruang tamu. Bersih dan tertata rapi. Kemudian ia duduk di sofa.

"Nana mana?" tanya Taeyong mengedarkan pandangan mencari menantu kesayangannya.

"Ada di kamar. Aku panggilin ya?"

"Istirahat? Kalau istirahat gapapa gak usah dibangunin."

"Enggak kok."

Beberapa menit kemudian muncullah Jeno dan Jaemin dari balik pintu kamar. Taeyong melayangkan senyum terbaiknya.

"Mommy apa kabar?" tanya Jaemin setelah menyalimi sang mertua.

"Alhamdulillah baik. Kalo Nana n baby?"

"Alhamdulillah baik. Baby juga baik," balas Jaemin sembari mendudukan diri di sebelah Taeyong.

"Kalo boleh tahu, kenapa Mommy tiba-tiba datang ke sini?" tanya Jeno yang dibalas tatapan tajam dari si lawan bicara.

"Emangnya gak boleh ngunjungin anak sama menantunya apa?!" jawab Taeyong sewot. Jeno meringis.

"Oh ya, Nana kapan check up lagi?" Taeyong memutar tubuh menghadap Jaemin.

'Giliran ngomong ama Jaemin suaranya jadi lembut' batin Jeno.

"Sebenernya hari ini, nanti sore."

"Gimana kalo Mommy anterin kamu check up."

Jeno melotot, kenapa sih Mommynya suka memonopoli Jaemin.

"Jeno bantuin Daddy bersih-bersih rumah," tukas Taeyong membuat bahu Jeno turun.

"Mager Mom, mana jauh lagi."

"Punya motor buat apa?"

Jeno hanya bisa pasrah. Lagipula kasihan juga Daddynya bersih-bersih rumah yang tidak bisa dibilang kecil, sendirian pula. Kakaknya, Mark, sedang di kuliah di luar kota jadi ia tak bisa membantu.

"Yuk Na, kita berangkat!"

"Tapi ini, kan, masih siang Mom."

Taeyong tersenyum manis, "Udah gapapa, kita jalan-jalan dulu aja."

---

Kini keduanya, Taeyong dan Jaemin, berada di toko perlengkapan bayi. Banyak pernak-pernik bayi mulai dari pakaian hingga stroller.

"Kamu mau beli apa, Na. Nanti Mommy bayar, kok," ujar Taeyong.

"Nana masih belum kepikiran mau beli apa, Mom," balas.

"Emm... kalo gitu kita pilih baju aja dulu. Gimana?" tanya Taeyong yang disetujui oleh Jaemin.

Mereka menghabiskan hampir dua jam di toko tersebut. Bagasi mobil kini penuh oleh barang-barang bayi.

"Mom langsung ke rumah sakit, ya. Soalnya habis ini jamnya Nana check up."

"Okedeh."

---

Sementara itu di tempat lain, seorang pemuda sibuk menggerutu sambil menyikat dinding kolam renang. Siang ini tak terlalu terik cenderung berawan, maklum musim penghujan.

"Dikit lagi selesai, No. Semangat!" kata seseorang yang tengah duduk santai di samping kolam. Jung Jaehyun.

Bukannya semakin semangat, Jeno malah semakin kesal. Jaehyun tidak ikut andil dalam membersihkan kolam renang dengan alasan capek, faktor u. Padahal baru kemarin Daddynya memasang status lari di atas treadmill dan mengangkat barbel.

Akhirnya kolam telah bersih, tinggal mengisi air dan ya, kegiatan bersih-bersih rumah selesai.

Jaehyun dan Jeno duduk di bawah pohon mangga di area belakang rumah sembari menikmati semangka segar. Angin bertiup pelan tetapi mampu menerbangkan beberapa helai rambut keduanya.

"Capek ya, No?"

"Nono munafik kalo bilang enggak capek," balas Jeno jenaka.

Hening sejenak. Jeno mendongak, pandangannya bertemu dengan dedaunan mangga yang bergoyang tertiup angin.

"Daddy denger, kamu udah baikan sama Ayah Yuta. Is that true?" tanya Jaehyun.

"Iya, alhamdulillah," jawab Jeno.

Hening kembali menyelimuti mereka. Hingga Jaehyun kembali membuka percakapan.

"Gimana kehidupan baru kamu sebagai kepala keluarga?"

Jeno memandang Daddynya lalu tersenyum kecil, "Menyenangkan sekaligus melelahkan. Menyenangkan karena bisa tinggal sama orang tercinta, melelahkan karena banyak tetangga yang suka ngomongin kami dari belakang."

"Namanya juga manusia, bisanya cuma ngeliat kekurangan orang lain."

"Dad, aku boleh cerita, gak?" Jaehyun mengangguk sambil mengunyah semangka.

"Sure."

"Sebenernya ada sedikit rasa bosan dan capek ketika aku tinggal sama Nana. Rasanya aku kek di kekang. Nana juga agak manja. Dikit-dikit minta ini minta itu apalagi pas fase ngidam," jelas Jeno. Kini ia merasa beban di hatinya telah rontok.

"No, kandungan Nana udah berapa bulan?"

"6 otw 7, Dad."

Jaehyun tersenyum hingga lesung pipinya terlihat, "Apa kamu gak pernah liat dia kek nahan sakit gitu?"

Jeno menaikkan salah satu alisnya. Ia tak mengerti maksud Daddynya.

"Usia 6 bulan kandungan bisa dibilang usia aktif-aktifnya bayi. Dia bakal sering menendang perut ibunya karena ukuran tubuhnya yang semakin besar dan ruang yang semakin sempit," Jaehyun menatap Jeno yang terlihat menyimak penjelasannya dengan saksama.

"Dulu Daddy juga pernah ngerasain hal yang sama. Daddy ngerasa capek banget. Tapi lama-lama Daddy paham kalo Mommy lebih capek daripada Daddy. Mommy bawa beban di perutnya kemana-mana, kakinya bengkak karena dipaksa menopang berat badan yang jauh lebih berat dari biasanya, dan parahnya lagi kalo si bayi udah bisa nendang. Nggak kebayang kalo perut kita ditendang-tendang terus bukan sekali dua kali. Rasanya pasti sakit dan menyiksa."

"Tapi perempuan itu pintar. Pintar dalam menyembunyikan perasaannya. Daddy yakin Jaemin pasti merasakan apa yang Mommy rasakan dulu tapi ia berhasil menutupi itu semua. Perempuan ingin dilihat sebagai makhluk yang ceria karena tidak mau dianggap lemah."

Jeno terdiam. Memang ia sering sekali mengelus perut Jaemin dan terkadang dibalas tendangan dari dalam sana. Jeno tak pernah melihat Jaemin kesakitan, ia selalu melihat Jaemin yang ceria dan bahagia.

"Rasa bosan dan capek itu memang biasa di dunia pernikahan. Tapi inget seorang perempuan jika sudah jatuh cinta pada seorang lelaki mustahil baginya untuk merasa bosan atau capek, bisa dibilang bucin."

Jeno menunduk. Air matanya mengalir deras. Segera Jaehyun rangkul tubuh si bungsu hingga tenggelam ke dekapannya.

"Papa Jeno pasti bisa," ujar Jaehyun sambil mengusap punggung putranya.

TBC

2gether | Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang