Kembali Normal

1.8K 229 4
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 19.30. Tugas-tugas Jaemin telah rampung. Ia meletakkan kepalanya di atas meja belajar. Lelah.

"Makin lama didiemin guru-guru makin ngelunjak. Dikit-dikit tugas tapi jarang ngasih materi," ujarnya sembari mengerucutkan bibir.

"Untungnya Mama pinter, ya dek?" Jaemin mengusap perutnya dan di balas tendangan dari dalam sana.

Tugas sudah selesai, salat Isya juga sudah, Jaemin tak tahu harus melakukan apa lagi. Menonton bola dengan Jeno, tidak. Jaemin tidak suka bola, paham saja tidak.

"GOLL!" Jaemin terkejut, suara berat Jeno menggelegar terdengar hingga kamar walau pintu dalam keadaan tertutup.

"Dedek kaget, ya. Dasar Papa Jeno."

Jaemin kembali menegakkan punggungnya. Bibirnya membentuk lengkungan, ia tersenyum. Setelah berbaikan dengan sang Ayah hatinya terasa lega, sangat lega. Hingga ingin rasanya ia salto, kayang, guling ke depan, sikap lilin, tetapi tidak bisa terealisasikan karena Jaemin tengah mengandung.

Karena malam masih belum terlalu larut, Jaemin memutuskan untuk menonton Drama Korea genre romantis.

"They're about to kiss!" Jaemin memekik pelan.

Tiba-tiba pintu terbuka, pada waktu yang sama layar laptop Jaemin menampilkan dua orang tengah berciuman. Segera Jaemin tutup layar laptopnya dengan wajah yang memerah.

'Aku memalukan, aku sangat memalukan'

"Hayo lihat apa hayoo," goda Jeno menaik turunkan alisnya.

"Liat drakor. Jangan mikir yang aneh-aneh. Mas aja yang dateng disaat yang tidak tepat," Jaemin membela diri.

"Oh."

Jeno mendudukkan diri di tepi ranjang, "Sayang, kamu ngantuk, nggak?"

"Not really, ada apa, Mas?" Jaemin kini duduk di sebelah Jeno.

Jeno menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, Jeno tidak kutuan, "Emmm kamu mau bantu Mas, nggak?"

Jaemin menatap tepat di mata Jeno. Ia menangkap suatu maksud tersirat di sana melalui tatapan. Sontak pipi Jaemin kembali semerah tomat dan detak jantungnya menjadi lebih cepat.

"E–emm... M–mau kok."

Jeno tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.

"Tapi pelan-pelan aja, ya."

---

Menyelam sambil minum air, itu yang Jaemin pikirkan saat ini. Gadis 18 tahun itu mengerjakan 3 pekerjaan dalam satu waktu, menghangatkan makanan (dari Bunda Winwin kemarin), mengeringkan rambut, serta mengerjakan tugas Matematika Wajib yang ia lupa kerjakan kemarin.

"Kok gak ada di abcdnya, sih?"

"Apa mungkin jawabannya gak ada di opsi?"

"Astaghfirullah hal adzim masa sin 60° itu 1/2. Ish, gara-gara panik jadi kurang teliti."

Di tengah-tengah kepanikan itu, muncul Jeno yang sedang melakukan aktivitas yang sama, mengeringkan rambut.

"Lagi ngerjain apa?" tanya Jeno berjalan mendekat.

"Ngerjain tugas Matwa–Subhanallah Jeno, buku tulisku jadi basah, kan," rengek Jaemin ketika bulir-bulir air dari rambut Jeno jatuh ke buku tulisnya.

"Ya maap."

"Udah sana, liatin sayur sopnya. Tadi aku ngangetin itu!"

"Iya iya," setelah mengucapkan itu Jeno mencuri kecupan di pipi Jaemin.

Beberapa menit berkutat dengan soal matematika, akhirnya selesai juga. Setelah menutup buku ia menoleh ke arah kompor. Kompornya belum dimatikan. Buru-buru Jaemin mematikan benda tersebut dan mengintip ke arah panci. Kuahnya sudah hilang 1/4.

"Mas gimana sih, ampe kuahnya berkurang seperempat?!" tanya Jaemin memasang wajah galak tetapi lucu di mata Jeno.

"Katanya tadi suruh liatin."

"Ya Allah," Jaemin menepuk dahinya. Lain kali kalau memberi komando harus yang lengkap.

TBC

2gether | Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang