Guilty

2K 187 2
                                    

Haechan terus merutuki dirinya atas kejadian memalukan kemarin saat legalisasi berkas di SMP.

"Anjing, Haechan Anjing!" Hachan terus memukul kepalanya sendiri.

"Eh tapi enak, sih. Coba aja kalo kita gak sama-sama pake masker kemarin," seringai terbit dari bibir Haechan.

Tak lama kemudian terdengar ketukan dari pintu depan. Haechan yang posisinya di kamar, ngadem, langsung bangkit dari rebahannya. Siapa lagi kalau bukan dirinya yang membuka pintu. Orang tuanya sama-sama bekerja.

"Assalamu'alaikum!"

Haechan membuka pintu, "Wa'alaikumussalam."

Haechan agak terkejut. Kakak Jeno, Mark. Bukannya pemuda itu kuliah di luar kota, batin Haechan.

Mark berusaha mencari objek lain untuk dipandang. Apapun asalkan jangan gadis di depannya. Bagaimana tidak, Haechan hanya memakai baju tanpa lengan yang sedikit memperlihatkan buah dadanya dan hot pants. Astaghfirullah zina mata, batin Mark.

"Mas Mark gak kuliah?"

"K-kuliah, tapi karena kuliah online mas mending pulang aja, kuliah di rumah. Itung-itung perbaikan gizi," jawab Mark sambil menatap kusen pintu. Mark tidak bohong. Selama ia berkuliah di Malang ia jarang makan makanan yang bergizi. Ia harap dengan kuliah online di rumah bisa memperbaiki gizinya.

"Oh, ya ini," Mark menyodorkan sebuah kotak, "Oleh-oleh dari Malang."

Haechan memekik senang. Pas sekali, saat ini Haechan butuh camilan tapi ia enggan meninggalkan rumahnya, mager.

"Makasih, Mas. Tau aja gue butuh sesuatu buat di makan."

"Yaudah, Mas balik dulu, ya. Titip salam sama orang tua kamu."

'Astaghfirullah hal adzim, bisa gila gue' batin, Mark.

---

"Keknya gue berdosa banget, deh."

Haechan menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang. Ponselnya masih menyala memperlihatkan foto Jeno, Jaemin, dan Jisung yang diunggah di sosial media. Melihat foto itu terbesit rasa bersalah di benak gadis berkulit tan itu.

"Kek rasanya gue jadi pelakor."

Haechan menjadi agak pendiam. Semenjak kejadian ekhm–mencium Jeno secara tidak langsung. Ia menyesali perbuatan memalukannya sekarang. Seandainya waktu bisa di putar kembali Haechan dengan senang hati tidak melakukan hal tidak senonoh itu.

Tiba-tiba Haechan mengingat satu persatu peristiwa yang membuatnya makin malu. Ia sering mencemooh Jaemin dengan kata-kata pedasnya tanpa memikirkan kondisi Jaemin yang tengah mengandung. Kita tahu bahwa stress pun dapat menjadi penyebab keguguran.

"Gue mau minta maaf, tapi gimana, ya. Gengsi anjir."

"Dahlah, dipikir entar aja."

Setelah itu Haechan menutup tubuhnya dengan selimut lalu berlayar ke alam mimpi. Melupakan fakta kalau ia belum menunaikan salat Isya.

Keesokan harinya, semua berjalan biasa-biasa saja. Setelah sekolah daring, Haechan dilanda kebosanan. Memang ia ada tugas tetapi deadlinenya masih lama.

Tiba-tiba ponsel Haechan berbunyi tanda pesan masuk.

Kakak Ipar

Kamu lagi senggang gak chan?

Iya

Ada apa ya mas?

Anu, mas mau ajak kamu jenguk bayi di rumahnya Jeno

Mau ikut gak?


Haechan terdiam sejenak. Ia teringat akan ucapannya kemarin malam, meminta maaf ke Jeno dan Jaemin. Mungkin ini waktu yang tepat untuk itu, batin Haechan.

Lampu imajiner muncul dari kepala Haechan. Ia memiliki ide yang bisa dibilang cemerlang.

Oke aku ikut

---

Honda Brio merah mendarat di depan gerbang rumah Haechan, itu mobil Mark. Haechan yang menunggu di dalam sambil menatap jendela pun segera bangkit dari duduknya. Ia berjalan keluar.

Haechan hari ini memakai baju gamis berwarna abu-abu putih ditambah sedikit sentuhan warna hitam. Haechan terpaksa menggunakan ini karena baju-baju haramnya di sita oleh sang Ibunda.

hal itu membuat Mark terkejut sekaligus terpesona. Biasanya anak kedua keluarga Seo ini suka keluar dengan kemeja dan celana ketat tanpa kerudung. Haechan tampak cantik dengan busana Syar'i tersebut, batin Mark.

Pintu mobil terbuka dan Haechan duduk di sebelah kursi pengemudi. Haechan melirik Mark yang menatapnya dengan tatapan memuja.

"Kenapa Mas, kok bengong?"

Mark langsung sadar dan gelagapan. Memalukan, aku sangat memalukan, batin Mark.

"Ok, kita jalan, ya. Bismillahirrahmanirrahim."

---

"Ke Mekdi dulu, ya Mas. Mau beli kentang dulu."

Di tengah perjalanan tiba-tiba niat Haechan untuk meminta maaf menjadi kabur. Tiba-tiba ia ingin mengurungkan niatnya. Tapi tanggung sudah tiga per empat perjalanan.

Sedangkan Mark mengira kalau Haechan ingin punya waktu lebih dengannya, makanya Haechan meminta mampir sana sini.

---

Kini Haechan dan Mark telah sampai di kediaman Jeno dan Jaemin. Keduanya keluar dari mobil, Mark langsung menuju pintu depan sedangkan Haechan ke tempat sampah depan rumah hendak membuang bungkus kentang mekdinya.

"Assalamu'alaikum."

Haechan berlari menuju depan pintu, di belakang Mark. Setibanya ia bertepatan dengan pintu yang terbuka dari dalam. Jeno.

"Wa'alaikumussalam, Mas Mark, Haechan," Jeno mengucap nama Haechan dengan lirih dan perlahan.

'Si Haechan ngapain kesini sih, anjir' batin Jeno kesal.

"Mari masuk."

TBC

Satu chapter lagi abis, gais ><

2gether | Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang