Suara mesin mobil di halaman rumah membangunkan Kaizar dari tidur singkatnya. Ya, Kaizar tertidur saat sedang menunggu Arkan.
Kaizar mendudukan tubuhnya seraya memegang lehernya yang terasa sakit, mungkin efek salah posisi tidur. Dilihatnya dari jendela, ternyata suara tadi berasal dari mobil milik Arkan yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
Arkan keluar dari mobil sembari menenteng kantung berisi makanan, tidak lupa menutup pintunya kembali lalu berjalan menuju pintu rumah.
"KAI KAI, WHERE ARE YOU?" teriak Arkan setelah memasuki rumah.
"Disini bang, gak usah teriak teriak!"
Setelah mendengar suara adik sepupunya itu, lantas Arkan menghampirinya lalu meletakkan kantung berisi makanan di atas meja.
"Mau makan disini atau di meja makan?" tanya Arkan.
"Disini aja lah bang, mager."
Yang lebih tua hanya mengangguk kemudian mendudukan dirinya di sofa seberang Kaizar.
"Gak papa ya Kai gue bawain mcd? Abisnya tadi gue tanya lo mau apa jawabnya terserah," ucap Arkan sembari membuka kantung makanan lalu memberikannya pada Kaizar.
"Yaelah gak papa bang, lo tau kan ayam mcd favorite gue banget,"
"Lagian ya mau lo bawa makanan apapun bakal gue makan kok daripada gue harus makan mie instan ya kan?" Lanjutnya.
Arkan terkekeh, "Ya udah makan yang banyak, Kai."
"Lwo jwuga mwakhan dong bwang!"
"Makan yang bener Kaizar, telen dulu baru ngomong!" tegur Arkan, pasalnya adiknya itu bicara sembari mengunyah.
Yang lebih muda mengangguk lalu menelan makanannya, "Makasih ya bang."
Arkan hanya tersenyum, lalu keduanya makan bersama.
✨✨✨
"Lo beneran gak mau ikut, Kai?" tanya Arkan.
Hari sudah sore, tadi Devandra mengajak teman-temannya untuk berkunjung ke cafe milik teman kampusnya, katanya sih baru buka dan sedang ada diskon.
"Nggak bang. Lo pergi aja sama yang lain, kerjaan gue masih banyak. Rumput halaman belakang juga belum gue potong."
"Tadi kan udah gue bantu, Kai."
"Yaelah lo cuma bantu cuci piring doang."
"Segitu juga udah gue bantu ya! Gak bersyukur lo!" Protes Arkan.
"Ya makasih!"
"Dih makasihnya gak ikhlas. Ayo lah Kai lo ikut," menggoyangkan tangan Kaizar yang sedang mengepel lantai, tingkah Arkan seperti anak kecil.
"Gue bilang gak ikut Arkanza Narendra! Udah sana lo pergi, yang lain pasti udah nungguin," usir Kaizar.
"Ck, ya udah awas lo minta traktiran gue gak akan kasih!" Arkan merajuk, ia berjalan menuju pintu keluar. Terlintas pikiran untuk menjahili yang lebih muda dengan sengaja ia menginjak lantai yang masih basah membuat si tuan rumah geram.
"NARENDRA BENER BENER YA LO! ITU LANTAINYA MASIH BASAH ANJING JADI KOTOR LAGI KAN AH BANGSAT!"
Lelaki yang dipanggil Narendra itu tertawa renyah, ia senang melihat Kaizar marah. Melihat adiknya menuju ke arahnya, ia segera masuk ke dalam mobil lalu pergi dari sana.
✨✨✨
"Akhirnya bersih-bersih rumah beres juga,"
"Abis ini gue ngapain ya? Nyuci baju? Ah udah sore, besok pagi aja kalau itu,"
"Oh iya potong rumput aja deh. Tapi gue mau istirahat dulu."
Kaizar memutuskan untuk beristirahat sebentar, ia cukup lelah. Seperti biasa kursi bambu halaman belakang tempat favoritenya. Tubuhnya merosot pada sandaran kursi, kepalanya mendongak ke atas, matanya terpejam.
Kayaknya bener gue ini bukan anaknya, lebih cocok jadi pembantu. Tapi kalau pembantu kan dibayar, gue enggak, bantin Kaizar.
Anak tengah Danadyaksa itu menghela nafas cukup panjang, ia kembali ingat pada keluarganya. Memang kewajiban anak untuk membantu orang tuanya, tetapi kalau semua dikerjakan oleh Kaizar itu tidak adil.
Kaizar tidak pernah melihat adiknya beres-beres rumah, bahkan hal kecil seperti menyapu lantai saja tidak pernah. Padahal Kalya itu seorang perempuan, harusnya lebih bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau Kalingga jangan ditanya, ia saja jarang berada di rumah.
Baiklah mungkin sudah cukup waktu istirahatnya, hari semakin sore Kaizar harus cepat memotong rumput sebelum langit berubah jadi gelap.
Dengan tergesa Kaizar memulai pekerjaannya. Sedikit demi sedikit rumput terpotong hingga semua selesai. Saat Kaizar akan menyimpan gunting rumput ke tempatnya semula, ia melihat ke arah kolam ikan yang banyak dedaunan kering berserakan disana.
Kepalang tanggung, akhirnya ia berjalan mengambil saringan dan sapu lidi tidak lupa juga pengkinya. Kemudian menuju kolam ikan, mengambil daun-daun yang berada di kolam menggunakan saringan dan menggunakan sapu yang berada di sekitarnya.
Terlalu serius membersihkan dedaunan sampai Kaizar tidak sadar kakinya menyenggol tanaman milik Mama hingga potnya pecah.
Kaizar panik, ia merutuki kebodohannya yang tidak hati-hati. Ia harus bilang apa pada Mama nanti?
Kan tidak sengaja?
Memang tidak sengaja, tetapi Mama tidak akan mau tahu. Mama pasti tetap akan memarahinya.
Baiklah masalah itu akan Kaizar pikirkan nanti, yang terpenting sekarang ia harus membereskannya.
✨✨✨
niaa♡
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaizar || Park Jeongwoo
FanfictionTentang Kaizar Danadyaksa yang diperlakukan lain oleh kedua orang tuanya. Dibedakan seperti anak tiri, yang membuat ia bertanya-tanya apa alasan kedua orang tuanya seperti itu. Bahkan tak jarang Kaizar merasa putus asa dan berniat mengakhiri hidupny...