08

26 4 0
                                    

Matahari bersinar sangat terik siang ini, padahal masih jam sebelas tapi cuaca sudah sangat panas nanti sekitar dua jam ke depan jadi mendadak mendung lalu turun hujan. Memang cuaca akhir-akhir ini tidak menentu, padahal minggu lalu hujan turun terus menerus.

Seorang laki-laki berlari menerjang panasnya bumi, ia Kaizar. Sebenarnya tidak harus berlari, hanya saja saat ini ia sedang dalam mode lebay katanya panas banget takut makin item.

Semalam ia menginap di rumah Kavin, tidak sendiri teman-temannya pun ikut menginap karena weekend sekolah libur begitu juga dengan Devandra yang tidak ada kelas dihari sabtu ini. Kalau Arkan sebenarnya ada meeting pagi tadi, tapi tidak masalah karena Arkan memang biasa bangun pagi.

Setelah berlari cukup jauh dari rumah Kavin menuju rumahnya, lelaki bertubuh jangkung itu berhenti sejenak tepat di depan rumahnya. Berpegangan pada pagar, ia mulai mengatur nafasnya yang ngos ngosan akibat berlari.

Pandangannya tertuju pada halaman rumah, disana ada Kalya yang sedang berdiri sembari memainkan ponselnya sudah rapi seperti akan berpergian.

"Dek, rapi amat mau kemana?" tanyanya setelah ia berada di dekat adik cantiknya itu.

"Ke rumah tante Lia." jawab Kalya tanpa memandang lawan bicaranya.

"Ngapain ke sana? Ada acara?" tanya Kaizar lagi, pasalnya ia tidak tahu bahwa keluarganya akan pergi ke rumah tantenya yang ada di luar kota itu, Mama ataupun Papa tidak ada yang memberi tahunya.

"Nggak ada, cu---"

Ucapan Kalya terpotong saat putra sulung Danadyaksa dan kedua orang tuanya keluar dari rumah. Dilihatnya mereka sudah rapi bersiap untuk berangkat mungkin juga akan menginap karena Kalingga membawa dua koper.

Apa ini? Mereka lupa atau sengaja tidak memberi tahu Kaizar?

"Ma, Pa beneran pada mau pergi ke rumah tante Lia ya?" tanya Kaizar.

"Iya Kai," jawab Papa.

"Kok gak ada yang kasih tahu Kai?"

"Udah kamu di rumah aja! Jaga rumah, bersih-bersih, mama liat halaman belakang rumputnya udah panjang kamu rapiin deh!" Ucap Mama.

"Tapi ma, Kai juga pengen ikut,"

"Oh iya baju kotor juga udah numpuk sama piring bekas sarapan tadi belum mama cuci, kamu cuciin ya!" tak menanggapi ucapan Kaizar, Mama malah menyuruh anak tengahnya itu mengerjakan pekerjaan rumah selama mereka pergi.

Memilih tidak menjawab, pandangannya beralih pada kepala keluarga Danadyaksa. Ia berharap Papanya itu mau mengajaknya juga. Bukan, Kaizar bukannya manja atau kekanakan karena tidak diajak. Ia juga termasuk anggota keluarga Danadyaksa, ia juga ingin liburan. Ia tahu jika keluarganya pergi ke rumah tante Lia itu berarti ada acara atau hanya sekedar liburan, tadi saat ia bertanya pada Kalya ada acara atau tidak, adiknya menjawab tidak itu tandanya mereka akan liburan.

"Tolong jaga rumah ya, Kai! Kami berangkat dulu." Ucap Papa final.

"Udah gak usah sedih gitu, besok juga pulang kok." Kali ini Kalingga yang bicara, tangannya menepuk pelan pundak Kaizar lalu pergi menuju mobil yang sudah Papa panaskan sedari tadi.

Sumpah sebenernya gue tuh anaknya atau babunya sih? Sakit banget hati gue anjing! Batin Kaizar.

Lelaki kelahiran September itu membalikan tubuhnya masuk ke dalam rumah lalu segera menuju kamarnya. Membuka pintu, ia menghempaskan tubuhnya dengan posisi tengkurap. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah, ia menangis dalam diam.

Hatinya sakit.

Mungkin jika orang tahu Kaizar akan dikatai lebay atau kekanakan. Bahkan mungkin akan diejek karena seorang lelaki menangis tidak diajak liburan. Tapi bagi Kaizar ini sangat menyakitkan. Kaizar juga anggota keluarga Danadyaksa, jika mereka memang liburan mengapa Kaizar tidak diajak? Kaizar malah mendapat setumpuk pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan sendirian.

Cukup lama menangis, ia bangun. Langkahnya menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang sembab sehabis menangis.

"Dih Kaizar, lo jelek banget." Ucapnya sedikit terkekeh, ia memandangi pantulan wajahnya di cermin.

Setelah itu, Kaizar keluar kamarnya menuju dapur untuk membuat makanan karena ia belum sarapan dan ini sudah masuk jam makan siang pantas saja lelaki jangkung itu sangat lapar.

Baru saja Kaizar akan memasak mie instan untuk makan siangnya -karena ia hanya bisa memasak mie dan telur maklum ia laki-laki- muncul notifikasi dari kakak sepupunya, Arkan.

Baru saja Kaizar akan memasak mie instan untuk makan siangnya -karena ia hanya bisa memasak mie dan telur maklum ia laki-laki- muncul notifikasi dari kakak sepupunya, Arkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kaizar terkekeh saat melihat chat terakhir yang dikirim Arkan, ia memang senang menjahili kakak sepupunya itu.

Kaizar merasa senang sekaligus terharu. Senang karena ia tidak jadi makan mie instan, Arkan pasti membawa makanan enak dan juga terharu karena walaupun keluarganya seperti tidak menganggap Kaizar tetapi ia bersyukur mempunyai sepupu seperti Arkan, bahkan ia pernah berdoa meminta pada Tuhan agar menukar kakaknya menjadi Arkan saja. Lucu, tapi memang Kaizar merasa Arkan yang lebih menyayanginya daripada Kalingga.

Baiklah sekarang Kaizar tinggal menunggu Arkan datang membawa makanan. Tubuhnya ia rebahkan di sofa ruang tamu. Ia ingin berleha leha dulu sebelum mengerjakan pekerjaan rumah yang menumpuk.

✨✨✨











niaa♡
tbc

Kaizar || Park Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang