10

21 4 0
                                    

Di dalam kamar bernuansa gelap ada seseorang yang sedang bergerak gelisah. Tubuhnya menghadap kanan, lalu ke kiri sesekali telentang menatap langit-langit kamar.

Ini sudah hampir tengah malam tetapi matanya tidak mau terpejam sejak tadi. Ia tidak ingin begadang karena besok pagi ia harus mencuci pakaian yang lumayan banyak.

Ya, ia Kaizar.

Lelaki yang akrab dipanggil Kai tersebut sedang gelisah, ia masih memikirkan tanaman yang rusak akibat tidak sengaja disenggol olehnya. Kaizar terus berpikir bagaimana caranya ia bilang pada sang Mama, pasti mama akan sangat marah.

Tangannya meraih ponsel di atas nakas, ia mencoba menghubungi Arkan untuk meminta bantuan.

Cukup lama menunggu akhirnya terdengar suara di seberang sana.

"Kenapa Kai?"

"Bang Arkaaaaan bantuin gue,"

"Eh lo kenapa? Lo gak papa kan?" suara Arkan terdengar panik takut terjadi sesuatu pada adik sepupunya.

"Ih gue gak papa bang,"

"Gue kira lo kenapa. Tadi minta bantu apa?"

"Anu... I-itu bang."

"Apa sih anu anu ngomong yang jelas!"

"Tanaman punya mama rusak bang, potnya pecah gak sengaja gue senggol,"

"Duh ribet nih urusannya."

"Ya terus gimana dong bang? Bantuin gue, gue takut dimarahin mama," terdengar nada frustasi dari Kaizar membuat Arkan jadi tidak tega.

"Ya udah besok gue cari deh tanaman yang persis kayak yang punya mama lo, nanti lo kirim fotonya ya gak papa kalau udah rusak."

Arkan sungguh penyelamat bagi Kaizar, untung bekas pecahan pot dan tanamannya belum Kaizar buang.

"Iya bang, makasih ya. Kalau bisa siang udah ada soalnya kira-kira mereka pulangnya sore,"

"Iya gue usahain, sekarang lo tidur sana!"

"Oke, dadah abang love y---,"

BIPPP

Kaizar terkekeh, belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, telepon sudah dimatikan sepihak. Pasti kakaknya itu sedang misuh sekarang. Setidaknya Kaizar sudah lebih lega karena Arkan mau membantunya, semoga Arkan bisa mendapatkan tanaman yang persis seperti milik mama.

✨✨✨

Pagi menjelang siang pada hari minggu itu, Kaizar sudah selesai mencuci pakaian. Semua pakaian yang sudah dikeringkan di mesin cuci ia masukan pada ember yang cukup besar. Kemudian membawa ember tersebut ke atas -tempat menjemur pakaian- walaupun sudah dikeringkan tetap harus dijemur, agar benar-benar kering.

Sambil bersenandung kecil, lelaki kelahiran september itu menjemur pakaian satu persatu. Cuaca cukup terik, Kaizar berdoa semoga jangan dulu turun hujan agar pekerjaannya tidak sia sia.

Saat sedang serius menjemur, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil yang terparkir. Lantas Kaizar berjalan menuju pinggiran rooftop untuk melihat mobil siapa yang ada di bawah. Sedetik kemudian matanya membulat sempurna, ia terkejut karena mobil yang ia lihat itu adalah mobil milik papa yang artinya mereka sudah pulang.

Panik mulai melanda. Kaizar tidak menyangka mereka akan pulang cepat.

Bagaimana ini? Kaizar belum siap dimarahi mama. Ia harus segera menghubungi Arkan, tapi sayang ponselnya ia tinggalkan di kamar. Dengan tergesa ia menjemur beberapa pakaian yang masih tersisa, kemudian segera turun menuju kamarnya untuk menghubungi Arkan.

Kaizar || Park Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang