20. Meet Again (Stay Here for a Moment)

953 199 60
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Semalam, Lia mengabaikan pesan dari Nathan. Berpikir mungkin saja mantan suaminya itu sedang dalam kondisi tidak sadar atau hanya salah kirim.

Seperti yang dikatakannya pada Jean sebelumnya bahwa dia belum mampu jika harus bertatap muka dengan Nathan lagi. Kangen memang tapi Lia belum sanggup, seperti Jian.

Sebuah sentuhan dari arah belakang membuyarkan lamunan Lia. Ternyata itu Yesi, orang yang dia tunggu dari tadi. Mereka sudah janjian mau jalan-jalan sekalian refreshing. Mereka bertemu di pusat perbelanjaan.

“Kita ke store make up, yuk. Semalem gue liat di insta katanya ada diskon.” Yesi segera menarik tangan Lia.

Kemarin, waktu Yesi tahu kalau Nathan dan Lia bercerai— seperti kata Jevin bahwa Yesi pasti akan memaki, itu benar. Yesi mendatangi Nathan lalu memarahinya bahkan mengeluarkan sumpah serapahnya.

“Gue itu udah percaya sama lo buat jagain Lia, kenapa sekarang malah jadi gini? Lo manusia? Punya otak nggak? Nggak mikirin gimana selama ini Lia udah mengorbankan segalanya demi laki-laki kayak lo yang brengsek? Bahkan waktu Lia hamil dulu, lo tinggalin dia sama cewek lain! Padahal gue udah percaya lo nggak akan ngulangin lagi, eh ternyata masih aja ya kayak dulu. Nggak kasian apa sama anak-anak lo yang jadi korban? Ya Tuhan, jadi laki-laki itu harus tegas. Pilih. Nggak usah egois!” Yesi mengeluarkan kekesalannya.

Yesi juga beralih menatap Jevin, suaminya. “Lo juga! Lo yang bilang sama gue kalo si brengsek ini udah nggak selingkuh-selingkuh. Tapi nyatanya lo cuma bohongin gue! Komplotan lo berdua. Atau jangan-jangan, lo juga sama kayak dia? Hah? Punya selingkuhan?”

“Sayang.. Tenang. Astaga, kok kamu jadi marahin aku juga? Pakai lo gue lagi.” Jevin mencoba menenangkan Yesi.

“Diem lo! Minggir, gue mau pulang sendiri. Awas lo, nggak usah pulang malem ini. Diem aja di sini sama komplotan lo!”

Begitulah singkatnya, bahkan Jevin juga ikut kena getahnya. Lalu malam itu, Jevin berakhir menginap di rumah Nathan.

“Anjir, diskonnya gede banget. Borong nih gue,” gumam Yesi sambil terkekeh. “Terserah Jevin mau marah atau nggak, nggak peduli.”

Oh my god.” Lia terkekeh.

Seketika, Lia jadi teringat pada Jian dan juga Nathan. Jian yang selalu minta dibelikan make up kalau miliknya habis. Dia selalu merengek pada Nathan dan akhirnya dibelikan. Kenangan saat mereka jalan-jalan bersama tiba-tiba kembali menghampiri.

Cukup lama Lia termenung hingga tepukan tangan Yesi di punggungnya kembali membuatnya sadar.

“Jangan ngelamun di sini. Kalau lo kesurupan, gue cuma punya kontaknya Nathan buat dihubungin. Mau dipapah sama mantan suami nantinya?” tanya Yesi dengan kekehan kecil.

Lia berdecak. “Belum juga kesurupan, ya ampun.”

“Mampir makan ya nanti, gue laper. Di rumah gue nggak sempat buat makanan. Nanti gue chat Raka sama Jevin buat makan di luar aja.”

Ok, gue tunggu di situ aja ya,” tunjuk Lia pada sebuah kursi dan Yesi mengangguk. “Lo pilih aja apa yang mau dibeli.”

Lia iri, tidak dipungkiri kalau Lia iri dengan kehidupan pernikahan Yesi yang berjalan mulus dengan Jevin. Hidup bahagia bersama Raka, anak mereka. Yesi yang kadang kelewat cerewet dan Jevin yang selalu sabar menghadapinya. Ya, Lia iri.

Tuhan tahu aku kuat, makanya nguji aku kayak gini. Tapi ada kalanya aku pengen nyerah karena nggak sanggup, sakit. Syukurnya, ada dua malaikat kecilku yang buat aku bertahan sampai saat ini.” Lia membatin sembari memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di depannya dengan tatapan kosong.

DANDELION [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang