Bonus Chapter: 8. Jenjen vs Dira

18.3K 1.7K 97
                                    

Halo bestieee, aku kembali lagi dengan bonchap Teman Hidup. Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga vote kalau kalian menyukai cerita ini ya


❤Selamat Membaca❤


Selepas pertemuan singkat dengan Senja kemarin, akhirnya dua keluarga kecil itu bisa reuni bersama sembari mengenang masa lalu. Keempatnya tentu merasa begitu senang bisa kembali dipertemukan setelah lama tak berkabar.

Esa menggendong Jenjen dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya melingkar pada pinggang Nayata. Saat sampai di resto, keduanya langsung diantar pelayan ke meja khusus yang sudah dipesan oleh Senja. Dari kejauhan terlihat Renji yang melambaikan tangan ke arah mereka.

"Renji!!" Nayata merentangkan tangan siap memeluk sang sahabat.

"Gila! gue kangen banget sama lo Na."

"Gue juga kangen Ren. Gak nyangka bakal ketemu di sini."

Selain para Buna-buna yang berpelukan ternyata Duo bapak yang merupakan sohib juga saling berjabat tangan. Tak dapat dipungkiri, Esa juga merindukan sosok Senja, biasanya mereka selalu kemana-mana berdua tapi saat Senja pindah mereka tak lagi saling berkirim kabar.

"Apa kabar Pak Boss?" Tanya Senja dengan nada guyon seperti biasa.

"Baik, lo gimana?" Belum sempat pertanyaan itu dijawab, pandangan Esa beralih pada sosok bocah laki-laki yang ada di sebelah Senja. "Ini anak lo?"

"Yoi, namanya Letnan. Lele kenalan sama Om Esa."

Mendengar nama putranya disebut dengan tidak benar oleh sang suami, Renji langsung melayangkan pukulan yang mendarat sempurna di bahu Senja.

"Heh, kebiasaan! Jangan panggil Lele ih! Panggil Anan."

"Iya sayang maaf, kelepasan." ujarnya sembari nyengir lebar tak berdosa.

Sementara itu Letnan segera menyapa pria di hadapannya, ia tersenyum cerah, "Halo Om, aku Letnan!" Letnan memperkenalkan diri.

"Halo ikan hiu!" Kini bocah itu melambaikan tangan pada Jenjen yang masih ada dalam gendongan Papanya.

"Bukan! Aa Paus!" Jawabnya sambil menunjukan ekspresi super judes yang malah menambah kelucuan bocah itu.

Selama pertemuan, orang tua kebanyakan membicarakan tentang masa lalu dan pekerjaan sementara duo bocah mereka hanya saling diam menikmati makanan masing-masing.

Jenjen tampaknya memang masih belum mau berteman dengan Letnan padahal Letnan sudah berusaha mengajaknya mengobrol atau menawarkan makanan miliknya dengan ramah.

"Jual mahal banget anak kita," Nayata berbisik pada suaminya ketika melihat sikap dingin Jenjen dan segala macam penolakan bocah itu kepada Letnan.

"Play hard to get. Liat aja kalo udah suka ntar bucin banget."

Kemudian secara tiba-tiba di tengah obrolan yang terjadi, Anan sekali lagi memilih mencoba peruntungannya mendekati JenJen.

"Aa ini buat Aa." Letnan menyodorkan udang bakar yang sudah dikupas kulitnya. Bocah itu ikut memanggil Jenjen dengan sebutan Aa seperti yang diucapkan orang tua Jendral.

"Ndak!" lagi-lagi Jenjen menjawab dengan jutek.

Melihat hal itu Nayata langsung menegur putranya, berharap Jenen bisa bersikap lebih baik kepada Anan.

"Aa ga boleh gitu ah, ga baik loh. Liat tuh Anan udah berbaik hati loh nawarin udang, Aa suka udang, kan? Kalo dikasih harus bilang apa coba?"

Jenjen memajukan bibirnya tapi kemudian menjawab dengan lesu, "Bilang terima kasih."

TEMAN HIDUP | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang