6. Soal Pernikahan

25.5K 3.3K 124
                                    

Teman Hidup

Pagi itu Senja Alderan duduk di depan meja kerja sahabat karibnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu Senja Alderan duduk di depan meja kerja sahabat karibnya. Ia menopang dagu dan menatap Esa lekat. Oh jangan lupakan senyuman mengerikan dari pria itu. Setelah kemarin ia mengetahui kebenaran soal calon pendamping Esa, Senja malah tak tahan untuk terus menggoda sahabatnya.

"Lo gak ada kerjaan?" Esa mulai kesal.

"Udah beres."

"Sebenarnya mau lo itu apa sih?"

"Cie.. Esa, cie!" ucapnya tiba-tiba membuat Esa semakin bingung. Pria itu tak henti-hentinya menggoda Esa secara terang-terangan, ia penasaran kalau saja temannya itu tau akan jadi bagaimana? Apakah mereka akan melakukan romansa kantor ala novel cinta? Atau malah romansa tersembunyi yang mendebarkan?

"Pergi deh! Gue mau kerja!" usirnya.

"Sa, ntar kita makan siang bareng anak magang ya? Gue gak menerima penolakan," belum sempat Esa berbicara, pria itu sudah keburu melangkah keluar. Ia menghembuskan napas kasar merasa kesal dengan kelakuan Senja.

Tiing

Sebuah pesan masuk membuat atensinya teralihkan, ia mengambil ponsel yang tak jauh dari sana dan mulai mengecek pesan itu. Ternyata sebuah pesan dari papa, tumben sekali papa Danu mengirimkan pesan pada Esa. Intinya pesan itu berisi undangan makan siang bersama calon mertuanya, sepertinya mereka akan mulai membahas soal pernikahan. Jika sudah sampai tahap pertemuan keluarga, maka pernikahannya tak bisa terelakan lagi kan? Mungkin ia akan menikah dalam waktu dekat. Sebenarnya ada rasa khawatir ketika membahas soal pernikahan, masalahnya adalah apakah Esa sudah mampu mengambil tanggung jawab itu? Ia takut belum siap, tapi di saat bersamaan ada sedikit rasa senang karena akhirnya bisa melihat jodohnya.

Sebelum jam makan siang tiba, Esa sudah lebih dulu keluar. Kali ini pria itu mengganti baju menjadi formal agar terlihat rapi. Untung saja ia menyiapkan beberapa setelan jas di kantor jadi tak perlu repot pulang ke rumah. Setelah sudah memastikan tampilannya rapi ia keluar dari ruangannya. Saat akan masuk ke dalam lift pria itu bertemu lagi dengan Senja yang lagi-lagi tersenyum mengerikan.

"Mau ke mana rapi amat kayak mau ketemu camer."

"Emang, mau makan siang bareng."

"Good luck, bro. Semoga lancar!"

Setelah berkendara selama 15 menit akhirnya pria itu sampai di salah satu restoran keluarga. Sebelum turun, ia sekali lagi melihat tampilan dirinya di kaca. Di tangannya sudah ada sebuket bunga yang akan diberikan pada calon mertuanya sebagai hadiah karena Esa bingung harus membawa apa. Saat masuk, ia langsung diantar oleh pelayan ke meja yang dimaksud. Dari kejauhan terlihat sudah ada empat orang di sana, mereka semua langsung tersenyum lebar begitu melihat kedatangan Esa, obrolan yang sempat berlangsung seketika terhenti untuk menyambut putra tunggal Danu Mahesa.

TEMAN HIDUP | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang