Bagian 19

2.4K 304 86
                                    

Sudah dua minggu hubungan Laksana dan Anjani menjadi dingin. Laksana susah dihubungi dan juga susah ditemui oleh Anjani.

Bahkan sudah 3 hari ini nomor Laksana tidak aktif. Danu juga tidak mengetahui dimana Laksana, karena sudah beberapa minggu ini Laksana tidak pulang ke tempatnya.

Anjani juga menanyakan pada Sasa, tapi hasilnya sama saja. Bahkan nomor Sasa sudah tidak aktif.

Anjani semakin overthinking, takut jika Laksana akan meninggalkannya karena berulang kali dia menolak Laksana.

"San kamu dimana sih" gumamnya

Pagi ini Anjani sudah siap untuk pergi ke kampus, dia turun dari kamarnya dengan wajah yang murung.

Ditambah lagi moodnya semakin hancur karena hampir tiap hari Rangga menjemputnya.

Rangga sering kali mencari-cari perhatian papa dan mamanya yang justru membuat Anjani muak melihatnya.

Saat itu papa sedang menikmati sarapannya sambil membaca koran, dan Rangga ikut bergabung bersama keluarga itu di meja makan.

Dia duduk didepan papa dan mama Anjani, sambil bercanda-bercanda. Terlihat mereka begitu akrab dengan Rangga.

"pagi ma pa" sapa Anjani lesu sambil menarik kursi didepan Rangga namun sedikit menggeser kursinya agar tidak terlalu dekat dengan Rangga

"pagi sayang" sahut mama sambil menikmati sarapannya

"kamu kurang tidur ya? Kok kantung matamu tebal? Banyak tugas?" tanya mama khawatir yang dijawab anggukan kepala oleh Anjani

Papa menutup korannya lalu bergedek sambil menarik nafas "akhir-akhir ini banyak geng motor tawuran" katanya

Anjani tidak mau berkomentar, dia hanya memakan sarapannya dengan tatapan kosong

"ya emang gitu om, kerjaannya geng motor itu kalo gak ngebut-ngebutan ya tawuran" timpal Rangga sok yang membuat Anjani menyeringai

Papa Anjani mengangguk seolah mengkonfirmasi pernyataan Rangga

"Laksana kan ikut kayak gitu om. Bahkan seluruh kampus takut sama dia, karena teman-temannya gengster-genster di Jakarta" imbuh Rangga

"dia itu pembuat onar om" lanjutnya

"Jani ingat pesan papanya. Kamu juga jangan jauh-jauh dari Rangga, papa takut kamu kenapa-kenapa, karena kampusmu pasti bakal jadi inceran" ujar papa

"makanya rumah Laksana sepi banget sekarang, jarang ada orang. Mungkin karena Laksana sekarang jadi buronan polisi" imbuh papa

Anjani mendengus kesal lalu meletakan kasar peralatan makannya sehingga semua orang terkejut

"kenapa Jani?" tanya mama

"Jani udah kenyang, mau ke kampus" jawab Anjani seraya berdiri dari duduknya sambil melirik sinis Rangga

Anjani meraih tasnya lalu berjalan dengan cepat menuju mobilnya. Rangga meneguk minumannya lalu berpamitan papa mama papa dan mengejar Anjani.

Namun dia terlambat, karena Anjani sudah terlebih dulu masuk mobil dan melajukan mobilnya dengan tatapan marah, kesal, sedih, semuanya campur aduk jadi satu.

Saat di lampu merah dia menundukan kepalanya pada stir mobilnya. Beberapa kali airmatanya jatuh tanpa seizinnya.

90 detik menunggu, lampu merah itu berubah jadi hijau. Anjani terdiam saat melihat Laksana menggunakan motornya melewati mobilnya sambil membonceng seorang gadis yang tidak dia kenal.

Anjani terdiam mematung, bahkan dia sudah diklakson dan dihujat oleh pengemudi yang dibelakangnya karena dia tidak melajukan mobilnya sampai lampu berubah menjadi merah lagi.

Laksana (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang