Bagian 12

2.4K 317 98
                                    

Laksana dan Anjani akhirnya bisa terlelap meskipun mereka bersusah payah mengontrol dirinya sendiri agar bisa tidur.

Secara tidak sadar pagi hari posisi Anjani yang semula membelakangi Laksana kini mulai menghadap Laksana yang masih membelakanginya.

Laksana juga secara tidak sadar membalikan badannya menghadap Anjani hingga wajah keduanya begitu dekat.

Sasa yang baru saja selesai mandi dan keluar hanya menggunakan bathrobe tersenyum gemas dengan keduanya.

"bego lo San. Kenapa gak sadar juga kalo lo itu naksir sama Anjani" batinnya sambil memandang teduh wajah adiknya itu.

Sasa duduk di bangku yang ada didepan balkon sambil menghisap beberapa rokoknya.

Anjani mengeritkan dahinya saat tertidur karena dia merasakan hembusan nafas yang hangat di wajahnya.

Perlahan-lahan dia membuka matanya dan dia membulatkan matanya saat melihat wajah Laksana yang masih tertidur begitu dekat dengannya hanya berjarak beberapa cm saja.

Anjani tersenyum bahagia bisa mendapat kesempatan ini. Perlahan-lahan dia mengarahkan tangannya untuk membelai wajah Laksana

Dugg..dug..dugg..
Jantungnya dipompa makin cepat, hingga membuat tangannya bergetar.

Saat tangan itu semakin mendekat, Laksana mengerutkan dahinya dan mengubah posisinya menjadi terlentang.

Anjani terkejut lalu menarik tangannya dan pura-pura tertidur, dia takut jika Laksana bangun dan bisa berpikir macam-macam padanya saat tau apa yang hendak ia lakukan.

Anjani mengatur nafasnya agar bisa stabil, lalu dia mengintip Laksana dan terlihat jika Laksana masih tertidur pulas, dan dia mengelus dadanya lega.

Anjani tersenyum lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah membersihkan diri dan menggunakan baju, Anjani menghampiri Sasa yang sedang ada di balkon.

"Pagi kak" sapanya lalu duduk di kursi di samping sasa

"pagi Jan" sahut Sasa sambil meniup asap rokoknya ke udara

"Laksana udah bangun?" tanya Sasa

Anjani menggeleng kepala "belum kak, mau dibangunin?" tanya Anjani sambil hendak berdiri dari duduknya namun ditahan Sasa

"jangan. Biarin aja" kata Sasa

Anjani menurut dan kembali duduk.

"baru kali ini Laksana bisa tidur nyenyak" kata Sasa yang membuat Anjani memasang wajah serius

"tiap malam Laksana selalu mimpi buruk kalau tidur malam. Dia selalu mengigau memanggil bunda sampai-sampai wajahnya basah karena keringat" imbuh Sasa dengan tatapan sendu melihat ke depan

"makanya Laksana selalu keluar malam-malam. Selain dia cari pelampiasan, tapi juga karena dia takut tidur malam" jelas Sasa sambil menatap Anjani

"apa yang jadi penyebabnya Laksana sampai begitu kak?" tanya Anjani hati-hati

Sasa tersenyum tipis lalu menatap lagi ke depan "waktu Laksana kecil kalo tiap tidur malem selalu ditemani bunda. Tapi kan sekarang bunda udah gaada, dan Laksana yang paling hancur ketika bunda meninggal"

"dulu waktu Laksana lahir bertepatan sama kematian bang Fajar. Waktu itu bang Fajar masih kelas 6 SD, aku kelas 2 SD. Ayah saat itu panik karena bunda mau bersalin. Sanking paniknya ke ruang operasi, ayah ninggalin aku dan bang Fajar yang masih bengong di mobil."

"waktu itu bang Fajar keluar mobil lari-larian ngejar anak kucing yang mau nyebrang. Tapi, bang Fajar malah tertabrak mobil hingga ia terpental beberapa meter dan akhirnya dinyatakan meninggal"

Laksana (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang