Bab 23

111 18 6
                                    

~ARCHER~

"Archer, apakah kau sudah memutuskan siapa di antara para desainermu yang akan kau ajak meeting dengan Mr. Park besok?", Sophia bertanya padaku setelah kami selesai makan siang.

"Sudah.", jawabku lalu meminum air dari gelasku.

"Siapa? Aku akan menghubungi desainer itu untuk memberinya bahan yang harus dia pelajari sebelum meeting pada hari Rabu besok."

"Kau."

"Aku?", tanya Sophia seraya menunjuk dirinya sendiri.

Aku mengangguk.

"Ya. Kau."

"Kenapa aku?"

"Karena selain asisten pribadiku, pada dasarnya kau juga adalah seorang desainer. Selain itu, sejak meeting pertama kita dengan pihak Mr. Park, kau selalu ikut denganku. Jadi, kau sudah mengerti apa saja permasalahan dalam meeting itu. Jika aku memilih desainer lain, aku harus menjelaskan pada mereka lebih dulu tentang semua permasalahannya dari awal. Dan aku tidak mau repot-repot melakukan itu. Selain itu, aku juga sudah melihat beberapa desain pakaian karyamu. Dari situ saja, aku sudah dapat menilai bahwa kau adalah desainer yang cerdas dan berbakat. Itu sebabnya, aku memilihmu."

"Apa kau benar-benar yakin akan hal itu, Archer? Maksudku, rencana kerja sama dengan Mr. Park ini adalah proyek yang penting bagi perusahaanmu. Dan kau malah mempercayakan desain itu padaku."

Aku meraih sebelah tangannya yang berada di atas meja lalu menggenggamnya.

"Aku sangat yakin. Yang perlu kau ketahui adalah bukan karena kau adalah kekasihku, aku jadi mempercayakan hal itu padamu. Melainkan, karena aku sudah tahu bagaimana kinerja dan kualitasmu. Selain itu, jangan terlalu terbebani dengan rencana kerja sama ini. Rencana kerja sama dengan Mr. Park memang penting. Tapi, itu bukan satu-satunya cara untuk memajukan perusahaanku. Jika memang rencana kerja sama antara kita dengan Mr. Park nanti tetap tidak mencapai kesepakatan, aku yakin pasti masih ada cara lain. Entah itu dengan cara mencari klien baru atau apapun itu. Jadi, kau tidak perlu merasa terbebani oleh tugas ini.", aku berusaha meyakinkannya.

Walaupun masih ada keraguan dari sorot matanya, tapi kemudian Sophia mengangguk.

"Baiklah. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik pada meeting besok.", katanya setuju.

"Itu bagus.", ucapku lalu menarik tangannya yang sejak tadi kugenggam lalu mencium bagian belakang telapak tangannya.

Aku tersenyum saat melihat wajah Sophia yang kini memerah. Dan aku selalu suka dengan reaksi tersipu yang dia tunjukkan setiap kali aku mencium atau menyentuhnya.

Lalu, aku tertawa.

"Oh ya, sekarang sudah hampir jam satu.", ucapnya setelah melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Sebaiknya, kita segera kembali ke kantor. Karena setelah istirahat nanti, kau ada jadwal penting lainnya.", imbuhnya.

"Baiklah."

Setelah itu, kami sama-sama berdiri dari kursi lalu berjalan keluar dari restoran dan kembali ke kantor.

***

Aku sangat senang karena meeting dengan pihak Mr. Park tadi berjalan dengan lancar. Padahal, sebelumnya aku sudah memutuskan kalau sampai meeting kali ini kembali tidak menghasilkan kesepakatan, maka aku akan membatalkan rencana kerja sama ini. Dan ternyata, ide Sophia yang menyarankan agar penggambaran desain dilakukan saat kedua belah pihak berkumpul adalah pilihan yang tepat. Ditambah dengan Sophia yang sangat cerdas menggabungkan keinginan dan masukan dari kami, baik pihakku maupun pihak Mr. Park sama-sama puas dengan desain karyanya serta hasil meeting kami tadi.

Love Me, My Darling! (Kim-McKenna SERIES #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang