Bab 17

102 19 5
                                    

~ARCHER~

"Sophia, apakah kau masih lama?", aku bertanya seraya mengetuk pintu kamar mandi di dalam kamar tempat kami menginap.

Sophia sudah berada di dalam kamar mandi selama hampir setengah jam. Namun, sampai sekarang dia masih belum keluar.

"Tunggu sebentar, Archer. Ada sedikit masalah di sini.", jawabnya kemudian.

Aku mengerutkan dahi.

"Masalah apa? Mungkin, aku bisa membantu?", tanyaku khawatir.

"Tidak... tidak perlu. Kurasa, aku bisa mengatasinya.", balasnya cepat.

"Baiklah. Aku akan menunggu. Tapi, jangan terlalu lama. Karena sekarang sudah hampir jam lima."

"Ya."

Setelah itu, aku beralih dari pintu kamar mandi lalu berjalan ke arah cermin meja rias. Aku memperhatikan penampilanku sekali lagi, mulai dari kemeja, setelah jas, dasi hingga sepatu. Rambutku juga sudah tersisir rapi. Kemudian, aku mengambil jam tangan Rolex milikku lalu memasangnya pada pergelangan tangan kiriku. Aku memperhatikan kembali penampilanku dari atas ke bawah melalui cermin. Lalu, aku tersenyum puas. Bukannya aku terlalu percaya diri, namun harus kuakui bahwa saat ini aku terlihat tampan dan rapi. Penampilanku sudah sempurna untuk menghadiri acara pesta malam ini. Hanya tinggal menunggu Sophia bersiap-siap, lalu kami akan berangkat ke pesta.

Ngomong-ngomong soal Sophia, sampai sekarang dia masih belum juga keluar dari kamar mandi. Aku jadi bertanya-tanya. Sebenarnya, masalah apa yang sedang dia hadapi di dalam sana hingga dia lama sekali tidak keluar? Karena marasa khawatir, aku pun kembali mengetuk pintu kamar mandi.

"Sophia, apa kau baik-baik saja?", tanyaku.

"Kurasa... tidak...", jawabnya lirih.

Namun, aku masih bisa mendengarnya.

"Apa yang terjadi? Mungkin, aku bisa membantumu?", aku kembali merasa khawatir.

Sophia tidak segera menjawab pertanyaanku. Namun, setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka secara perlahan. Lalu, Sophia melongokkan kepalanya untuk berbicara denganku karena dia hanya membuka pintunya sedikit.

"Archer, ada masalah dengan gaunku...", Sophia berkata dengan lirih. Selain itu, ekspresinya tampak risau dan seperti ingin menangis.

"Kenapa dengan gaunmu?"

"Resleting gaunku tersangkut di tengah-tengah punggungku. Sejak tadi, aku berusaha menariknya ke atas. Namun, tetap tidak bisa. Sepertinya, resletingnya sudah rusak.", jelasnya lesu. "Bagaimana ini? Acara pestanya sudah hampir dimulai. Kita tidak punya waktu untuk mencari gaun yang baru untukku.", imbuhnya risau.

"Jika kau tidak keberatan, bolehkah aku melihat bagaimana kerusakan resletingnya? Mungkin, aku bisa memperbaikinya.", tawarku berusaha tenang agar dia tidak semakin panik.

Sophia tampak berpikir sejenak. Tapi, kemudian dia mengangguk. Lalu, dia membuka pintu kamar mandi lebih lebar. Dan aku pun masuk ke dalam.

Sophia berdiri menghadapku sambil sebelah tangannya menahan bagian depan gaunnya agar tidak terjatuh. Lalu, dia berbalik memunggungiku lalu menyingkap rambutnya yang tergerai ke arah depan untuk menunjukkan resleting gaunnya padaku.

Namun, bukannya segera menangani masalah resletingnya yang rusak, aku justru salah fokus pada punggung Sophia yang saat ini terpampang di hadapanku.

Tidak cukup dengan aku yang tergoda pada Sophia yang semalam hanya tidur dengan mengenakan piyama bermodel kimono. Justru, sekarang aku malah mencari masalah dengan menawarkam bantuan pada Sophia untuk memperbaiki resletingnya. Entah karena aku yang terlalu polos atau apa, tadi aku sama sekali tidak berpikir kalau tawaran bantuanku itu juga akan berpotensi membangunkan sesuatu dalam diriku.

Love Me, My Darling! (Kim-McKenna SERIES #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang