Suara alarm menginterupsi sang pemilik ponsel untuk bangun, deringan yang dapat mengganggu ketenangan tidur dimatikan, namun bukan Kisaki pelakunya.
Tubuh setengah telanjang, rambut berantakan khas bangun tidur, dengan malas lengannya mengembalikan ponsel Kisaki ke nakas. Helaan napas tenang Kisaki menimbulkan senyuman tipis dibibir Hanma.
Suka. Hanma sangat menyukai wajah tidur Kisaki.
Hanma turun dari tempat tidur, kemudian beranjak ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan membasuh wajah. Beberapa perban dan alkohol di wastafel ia singkirkan, demi menebus rasa bersalahnya, Hanma pergi ke apotek 24 jam tadi malam, membeli beberapa obat untuk Kisaki. Dengan telaten ia membersihkan luka yang tertinggal, lalu pergi tidur.
Kakinya melangkah keluar, Kisaki sudah bangun, pria itu termenung seperti memikirkan sesuatu. Tubuh telanjang yang hanya ditutupi selimut, tatapan kosong menandakan sedang sibuk berpikir, dan tangan yang meremat kuat selimut putihnya.
"Mau ku ambilkan sarapan ? Tapi aku tidak tau menu breakfast di hotel ini enak atau tidak" tawarnya memecah keheningan.
Kisaki menoleh, kalau bukan Hanma, siapa lagi orang yang akan mengobati lukanya. Perasaan ketir menggerayangi hatinya, gundah ia ingin meminta, namun jika tak dikatakan hidupnya tidak akan pernah berubah.
"Hanma, apa kau masih melakukan balas dendam?" wajah tenang Kisaki mengundang rasa penasaran.
Padahal pertemuan pertama mereka dalam keadaan yang terbilang cukup mengerikan, kenapa Kisaki bertanya kalau sudah tahu jawabannya.
"Ingin menjadikanku alat?" satu alisnya terangkat naik, penawaran yang cukup menggiurkan.
"Aku akan membuangmu jika kau tidak berguna"
"Menarik" gumamnya.
Walau permintaannya tidak diucapkan, Hanma sudah mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Hatinya bak termakan sensasi aneh yang membakar semangat, Hanma menyukainya.
***
**
*Sepasang mata menatap kosong trotoar yang ia pijaki, lirikannya berpindah ke pria yang tengah sibuk dengan ponsel, panggilan tiba-tiba itu menghancurkan pembicaraan serius mereka. Kakucho tak bergeming, sampai sebuah tepukan di bahu menyadarkan dari lamunan.
"Hanma bilang ingin bertemu denganmu"
"Denganku? Kenapa?"
Izana menggeleng, kemudian berkata, "Tidak tau, tadi ku bilang sedang bersamamu, dan dia ingin menemuimu"
Keduanya pergi menuju tempat yang disepakati. Berjalan beriringan tanpa mengatakan sepatah katapun. Kakucho gugup, pasal kejadian kemarin Izana mendiaminya tanpa sebab yang jelas, atau mungkin karena Kisaki ? Kakucho tidak mengerti.
"Kakucho" panggilan Izana membuat sang pemilik nama menoleh. Helaian surai hitam tersapu angin, wajah lugu dan tatapan mata yang Izana gemari. Ia sangat tak rela membagi paras rupawan itu pada orang lain.
"Bisakah kau meninggalkan pria bernama Kisaki itu?" pintanya dengan nada nakal.
"Maaf, aku t-tidak bisa" jawab Kakucho tergagap.
"Kenapa? Bukankah dulu kau selalu menuruti perkataanku"
"Apa kau tidak menyukaiku lagi?"
Tidak. Bukan begitu, ada satu alasan besar mengapa Kakucho belum bisa melepaskan Kisaki sendirian. Dan lagi, karena Kisaki juga mereka dapat bertemu diwaktu ini.
"Aku masih, tapi kali ini ada alasannya. Berikan aku waktu"
Bugh
Dari arah lain sebuah pukulan menghantam keras pipi Kakucho, Izana berbalik, mendapati Hanma dengan ekspresi marahnya. Satu kepalan ingin ia layangkan lagi, namun tangan pria berkulit tan menghadangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale [Kakuiza ft. Hankisa]✔
Fanfiction[Tamat] Bagaimana jika Izana, sang gigolo yang selalu memuaskan, dan mendominasi pelanggan wanitanya ditaklukan oleh seorang pria penurut yang merupakan sahabatnya sendiri. Kakucho hanya ingin membebaskan 'rajanya' dari mimpi buruk dan kembali bers...