Entah sudah berapa kali ia menghisap batang nikotin itu, seminggu berlalu sejak tragedi Hanma belum memutuskan ingin berbuat apa. Kisaki, Izana, dan Kakucho masih dirawat, semula ingin menjenguk tapi tak berani menunjukkan wajah di depan Kisaki. Rasa bersalah bak menggerogoti dirinya, cuma diam dan menunggu aba-aba Ran, begitu bodoh dirinya terlambat bertindak.
"Tuan ada telfon" tutur Choji memberitahu. Hanma menatap malas, menghela napas tanda sedang tak mau diganggu.
"Tapi ini dari tuan Kisaki" Hanma langsung mematikan rokoknya, menerima sambungan telepon kantor dan menunggu suara pria itu.
"Hanma, aku mau bicara. Datanglah ke rumah sakit" belum sempat Hanma menjawab, sambungan diputuskan sepihak.
"Aku mau keluar dulu" ujar Hanma.
"Baik tuan" sang bos meninggalkan ruangannya, Choji cuma bisa berharap kalau hubungan Hanma dan Kisaki berjalan dengan baik. Sebagai bawahan ia juga sering melihat sebesar apa pengorbanan yang Hanma berikan untuk pria itu. Choji tahu jikalau sang bos mencintai Kisaki.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Hanma sampai di rumah sakit Kisaki dirawat. Pria jangkung itu sempat jadi pusat perhatian lantaran tato ditangan, sudah biasa baginya mendapat tatapan cemooh dari orang lain, tujuannya ke rumah sakit kali ini cuma menjenguk Kisaki, bukan bertengkar.
"Permisi suster, orang yang ada di kamar ini ke mana?" ketika ia masuk ke ruangan Kisaki, pria kecil itu tak ada.
"Oh, tadi suster lain membawanya jalan-jalan" balas sang suster.
Hanma langsung bernapas lega, ia kira Kisaki diculik atau kabur dari rumah sakit. Manik hazelnya melirik ke luar jendela, hatinya agak ragu untuk menemui Kisaki.
Netranya memejam, mengambil napas dalam kemudian beranjak pergi dari ruang inap. Masa bodoh dikatai pengecut, Hanma memutuskan tak jadi bertemu dengan Kisaki hari ini. Hatinya begitu sakit dan malu, mau ditaruh mana mukanya saat bertatap muka nanti.
"Mau ke mana?" tanya Kisaki saat mereka berpapasan.
Perban dibeberapa bagian tubuh, wajah pucat dan mata sayu itu bak mencubit hati Hanma. Ia sangat tak suka Kisaki terluka seperti sekarang.
"Masuk, aku mau bicara" titah Kisaki.
Setelah membawa Kisaki masuk, suster meninggalkan mereka berdua. Hanma gelagapan, tak tahu harus memulai dari mana, sangat canggung dan ragu untuk membuka suara. Tak biasanya Hanma mati kutu kala berada di depan orang lain, wajah tegas dan liciknya selalu andil dalam menakuti lawan bicara, namun kali ini Kisaki bisa membungkam dirinya.
"Maaf sudah banyak merepotkanmu" Hanma menoleh, menatap Kisaki yang menunduk sembari meremat selimut.
"Aku tak tau harus membalasnya seperti apa. Aku juga mau meluruskan kesalahpahaman waktu itu" satu alis Hanma terangkat naik. Salah paham? Kapan?
"Waktu itu aku datang untuk memesanmu dan bercerita seperti biasa. Malam itu Mucho bilang kau sedang menggantikan bartender, aku mau pulang saja, tapi seorang wanita menghentikan niatku. Dia memasukkan bubuk aneh ke minumanmu saat kalian sedang berdua, ku kira itu racun jadi ku tukar minumannya saat tak ada yang lihat." jelas Kisaki.
Hanma terdiam, ia terkejut mendengar aksi heroik pemuda berwajah galak itu. Kalau dipikir lagi, agak mustahil Kisaki mau melakukan itu demi dirinya.
"Karena terbawa suasana aku tidak sengaja meminumnya, tapi aku tidak tau yang dimasukkan obat perangsang" senyum tipis terukir di bibir Hanma, pengakuan yang mengetuk hatinya.
"Jangan menertawakanku" ucapnya di akhir.
"Siapa yang tertawa? Aku malah senang" Kisaki mendongak, iris hazel itu ia tatap bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale [Kakuiza ft. Hankisa]✔
Fiksi Penggemar[Tamat] Bagaimana jika Izana, sang gigolo yang selalu memuaskan, dan mendominasi pelanggan wanitanya ditaklukan oleh seorang pria penurut yang merupakan sahabatnya sendiri. Kakucho hanya ingin membebaskan 'rajanya' dari mimpi buruk dan kembali bers...