Keheningan melanda sofa yang mereka duduki. Kakucho tidak bertanya apapun tentang pekerjaan Izana, malahan pria itu mengajaknya minum bersama. Dua gelas minuman disediakan, Kakucho tersenyum tipis pada sang pelayan.
"Minum dulu, kau pasti lelah" tawar Kakucho.
Izana menggertakkan giginya tak senang. Jangan berpura-pura tidak peduli seperti ini, Izana sangat muak dengan ekspresi bersabar itu.
Gelas yang Kakucho sodorkan terhempas ke lantai, beberapa orang terkejut lalu menatap Izana. Wajahnya berubah kesal, ia tidak suka sikap Kakucho saat ini.
"Apa yang ..."
"Berhenti menatapku seperti itu !" gusar Izana.
"Jangan berpura-pura dan memberiku raut kasihan, aku sangat membencinya"
"Kalau begitu kenapa tidak pernah menerima panggilanku dari dulu ? Kau bisa melayani wanita tadi, tapi aku tak pernah diterima" sela Kakucho.
Izana terdiam, pernyataan Kakucho bak petir yang menyambar dirinya. Izana tidak pernah menyangka jikalau pria yang selama ini ingin menyewanya adalah Kakucho.
Tak ada yang melanjutkan percakapan setelahnya, Izana tak bergeming, sedangkan Kakucho sibuk memainkan ponselnya.
"Permisi sebentar, aku ada urusan"
Kakucho beranjak, menemui seseorang yang sedang duduk di meja lain. Pikirannya jadi semakin tak tenang kala melihat Kisaki tersenyum simpul ke arah Kakucho. Kali ini Izana benar-benar diabaikan.
"Apa yang kau lakukan di sini ?" tanya Kisaki. Si iris abu kebiruan sempat terkejut saat diberitahu Kakucho juga sedang berada di bar tersebut.
"Ah menunggu pria cantik itu ? Gigih sekali" puji Kisaki.
Kisaki tahu kalau Kakucho masih terus mengejar Izana. Di awal ia sempat terpuruk karena mengetahui cerita kelam pria kurus, namun Kisaki terus memberi saran agar membawa Izana keluar dari lingkungan tak sehatnya.
"Kau mabuk ?"
Kisaki menggeleng, padahal sudah jelas pria itu terlihat sempoyongan, tapi masih tetap berusaha mempertahankan kesadarannya.
Karena tak tega, Kakucho berinisiatif membawa Kisaki pulang, namun tangan seseorang tiba-tiba saja menahan lengannya.
Kacamata bulat dan anting menggantung jadi ciri khasnya. Iris hazel pria tersebut menatap Kakucho tak senang.
"Biar aku yang mengantarnya" Kakucho mengernyitkan alis binggung, siapa orang ini.
"Aku temannya, tak perlu khawatir" ucapnya lagi.
Kisaki tidak menyadari dua tatapan sengit beradu di depannya. Matanya memejam, dan terus meracaukan kalimat tak jelas. Kisaki belum mabuk sepenuhnya, ia masih sadar, tapi memilih tak peduli dengan sekitar.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu ?"
"Kisaki Tetta, usia 25 tahun, bekerja di perusahaan Toman. Benarkan ?" tutur Hanma.
Kakucho tertegun, bagaimana bisa orang ini mengetahui identitas Kisaki, apa mereka pernah bertemu sebelumnya ? Kakucho yakin Kisaki belum pernah mengenalkan orang ini padanya.
"Dia adalah salah satu pelanggan setiaku, aku tidak bisa membiarkannya seperti ini"
"Kau Hanma Shuji ?" tanya Kakucho memastikan. Si pemilik nama mengangguk malas, lalu melempar pandang ke arah Kisaki.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu ?"
"Masa bodoh, lagipula namaku tak ada di menu"
Tanpa persetujuan sang empu, Hanma membawa Kisaki pergi dari bar. Mobilnya melaju ditengah keramaian kota, ketika berhenti karena lampu merah, si iris hazel mencuri pandang ke penumpang disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale [Kakuiza ft. Hankisa]✔
Fiksi Penggemar[Tamat] Bagaimana jika Izana, sang gigolo yang selalu memuaskan, dan mendominasi pelanggan wanitanya ditaklukan oleh seorang pria penurut yang merupakan sahabatnya sendiri. Kakucho hanya ingin membebaskan 'rajanya' dari mimpi buruk dan kembali bers...