Secangkir kopi hangat disesap perlahan, manik dengan bulu mata lentik itu memejam tatkala aroma kopi masuk ke indra penciumannya. Cuaca dingin, kesunyian apartemen dan melihat pemandangan dari jendela apartemen adalah hal yang dapat menenangkan pikiran Izana saat ini. Baru saja Kakucho berpamitan pulang, katanya ada perkerjaan mendadak yang mengharuskannya untuk menemui Ran.
Tak lama Kakucho pergi, dua orang pria datang berkunjung. Kisaki dan Rindou adalah dua orang yang paling sering menemui Izana setelah Kakucho tentunya, tanpa rasa berdosa menguasai apartemen Izana dan menghabiskan makanannya.
Adik Ran itu sudah sangat akrab dengan Izana, selama ini Rindou juga tahu alasan di balik Izana meninggalkan Kakucho, tapi Rindou sudah berjanji untuk tak memberitahu. Kisaki, Rindou, dan Izana sering kali berkumpul, menghabiskan waktu bersama dan membangun kerja sama dengan dua perusahaan besar. Sekarang ini Izana telah berhasil menduduki posisi eksekutif Toman berkat bantuan Rindou dan Kisaki, jadi ia sudah tak repot mencari uang atau bergantung pada Kakucho.
Ketiganya duduk bersantai menikmati siaran televisi ditemani selimut hangat, makanan ringan dan sofa empuk. Rindou mendelik tatkala Sanzu mengirimkan pesan padanya.
"Kenapa?" tanya Kisaki yang menyadari hal tersebut. Izana melirik si surai dwi warna, raut keterkejutan itu menandakan hal yang tak diduga pastinya.
"Ran dan Sanzu akan melenyapkan sebuah perusahaan malam ini, mereka bilang aku tidak perlu ikut" raut khawatir tercetak jelas di wajah Rindou. Bagaimana tidak, misi kali ini cukup berbahaya untuk mereka.
"Kenapa mereka pergi tanpa aku?" lanjut Rindou lagi.
"Mereka akan baik-baik saja" Kisaki dan Rindou menoleh ke Izana, sikapnya berbanding terbalik dengan Rindou. Netral ungu Izana begitu teduh, sorot matanya menimbulkan afeksi menenangkan.
"Bagaimana aku bisa tenang?" Izana menaikan sebelah alisnya, pertanyaan Rindou mengundang tanya dibenaknya.
"Rindou, kau percaya Ran dan Sanzu?" tanya Izana balik.
"Apa? Aku-"
"Kisaki, kau percaya Hanma?" belum sempat Rindou menjawab Izana langsung melontarkan pertanyaan sama pada Kisaki.
Kisaki mengangguk ragu, walaupun ia sebenarnya kebingungan. "Dia memang agak gila tapi aku selalu percaya dari dulu" jawab Kisaki.
Sudut bibir Izana terangkat, perkataan Kisaki mengundang kekehan kecil.
"Sudah dari dulu ya, kalian memang cocok" puji Izana.
"Rindou, kalau kau percaya seharusnya kau lebih tenang dan tidak memikirkan hal buruk. Ketakutanmu bisa melahap sesuatu yang tak akan pernah kau duga" ujar Izana. Rindou memperhatikan paras elok nan anggun itu intens.
"Kalau mereka kewalahan kita juga turun ke lokasi" usulan yang tidak cukup buruk, Rindou tertawa setelahnya.
"Jangan mengurusi kami kalau masalah percintaanmu masih kacau" sindiran Rindou mengundang tawa Izana dan Kisaki.
Benar juga, Izana belum mengatakan tentang perasaanya. Kakucho tidak pernah tahu isi hati Izana yang sebenarnya. Ego dan panorama yang tenggelam kini telah tampak menjadi sebuah drama memuakkan, karena ego Izana terjebak dalam dunia yang begitu hitam. Setiap malam dihiasi wanita-wanita yang tak berbusana mendesah dibawahnya, senyuman dan sapaan ramah cuma topeng agar menguatkan diri.
Setelah jam menunjukkan pukul sebelas malam, Hanma menjemput Kisaki pulang, Rindou juga berpamitan untuk menyusul Sanzu dan kakaknya. Hubungan teman-temannya cukup membuat Izana iri, selama ini sering berdampingan dengan Kakucho belum jadi alasan kuat untuk memiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale [Kakuiza ft. Hankisa]✔
Fiksi Penggemar[Tamat] Bagaimana jika Izana, sang gigolo yang selalu memuaskan, dan mendominasi pelanggan wanitanya ditaklukan oleh seorang pria penurut yang merupakan sahabatnya sendiri. Kakucho hanya ingin membebaskan 'rajanya' dari mimpi buruk dan kembali bers...