17 - Dendam

177 21 94
                                    

Selamat sore para pembaca setia pcd😅 kebetulan aku liat part sebelumnya rame, kalian penasaran ngga sama part ini? Sudah siap? Okelah mari serbu🥳

Wajah Mariska kini terlihat begitu pucat dengan bibir yang terasa begitu kelu. Rambutnya yang biasanya terurai rapih kini terlihat begitu acak-acakan. Seharian ini gadis itu masih saja menangis di kamarnya.

Ia mencoba berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa meyakinkan Andrian. Ia benar-benar seperti orang gila sekarang. Hingga suara ketukan pintu sama sekali tidak ia dengar. Sebuah tangan memegang pundak gadis itu lalu duduk di sampingnya.

"Sayang mamah mohon nak hentikan semua ini nak, apa yang kamu lakukan itu salah," ucap Kinan yang mencoba menasehati putrinya.

Gadis itu masih terdiam tanpa menjawab satu kata pun. Sembari tadi matanya terus terfokus ke arah depan dengan pikiran yang sudah berantakan. Tiba-tiba perlahan sesuatu kembali jatuh membasahi pipinya.

Isakan tangis kini mulai kembali terdengar, walaupun tak sekeras sebelumnya. Ia memeluk Kinan erat-erat, semua kesedihan ia luapkan saat itu juga. Kinan juga terlihat ikut menangis, ia tidak bisa melihat putri satu-satunya itu sedih.

"Luapkan semuanya sayang, luapkan," bisik Kinan.

Mariska menangis sejadi-jadinya. Hati dan pikirannya saat ini benar-benar kacau tak terkendali.

"Mah," panggil Mariska yang kini terbangun menatap mamahnya itu.

"Apa aku salah mencintai seseorang?" tanya Mariska.

Kinan terkejut mendengar pertanyaan yang di ajukan putrinya itu. Tangan Kinan merapikan rambut Mariska yang terlihat acak-acakan.

"Mencintai seseorang itu ngga salah sayang, yang salah itu cara kamu mencintai orang itu nak," ucap Kinan.
Mariska memiringkan alisnya sebelah, dengan tatapan kesal.

"Jadi maksud mamah cara aku mencintai Andrian salah?".
Kinan mengangguk pelan sembari mengusap kepala putrinya itu.

Mariska terdiam sejenak, rasanya tidak adil jika semua orang mengatakan bahwa dia salah dalam mencintai Andrian. Ia pikir Kinan tidak akan mengatakan hal yang sama seperti orang lain bilang.

"Mah tinggalin aku bentar ya mah, aku mau nenangin diri," pinta Mariska.

Kinan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Lalu pergi meninggalkan putrinya itu. Kinan yakin Mariska bisa mengatasi masalahnya sendiri karena ia sudah dewasa.

"Gue ngga bisa kaya gini terus, gue harus cepet-cepet bertindak sebelum Bella ngambil Andrian dari kehidupan gue," ucap Mariska dengan liciknya.

"Awas loh Bella gue ngga akan biarin loh dapetin Andrian, ngga akan,"
Mariska berdiri dan bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan kamar begitu saja.

***

Rendy kini sudah bersiap untuk ke sekolah. Seperti biasa Resty akan berteriak-teriak untuk menyuruhnya sarapan.

"Ren sarapan dulu," teriak Resty sembari meletakan piring-puring berisi beberapa lauk yang sudah ia masak.

"Iya mah," jawab Rendy sembari keluar kamar.

Lelaki itu berjalan dengan gerakan sangat cepat ke arah meja makan yang terletak tidak jauh dari kamarnya. Resty memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya.

"Bang Rendy ngga jemput kak Sintya ke Jakarta?" tanya Tony yang tiba-tiba membuka suara.

Rendy yang baru saja memasukan segumpal nasi ke mulutnya langsung tersedak-sedak. Resty segera menyodorkan segelas air putih pada putranya itu.

Pengejar Cinta Dosen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang