07 | Just a Little Girl

4.1K 143 2
                                    

Hari ini, Aldrich dan Arabella berpapasan di kampus. Namun mereka tidak bertegur sapa dan hanya melirik sekilas. Terlebih Arabella. Gadis itu hanya melihat Aldrich dari sebelah mata. Aldrich berhenti sejenak, lalu kembali melangkahkan kakinya. Saat merasakan Aldrich berlalu, Arabella mengepalkan tangannya.

"Ara? Kamu lama sekali tidak ke kampus? Para dosen mencarimu, lhoh," sahut salah satu teman Arabella. Namun Arabella diam.

Mendapati sikap Arabella yang demikian, tentu menimbulkan tanda tanya bagi teman-temannya. Mereka saling berbisik dan saling menyikut. Beberapa yang bisa Arabella tangkap, mereka mencocokan rumor putusnya Arabella dengan Emran.

Setelah mata kuliah usai, Arabella pun bertemu dengan dosen yang mengurusi lomba yang akan diikutinya. Ia berdiskusi sejenak dengan para peserta yang lain. Arabella sudah mendapatkan jadwal latihannya. Gadis itu pun berlalu dari ruang dosen. Sialnya, dia kembali berpapasan dengan Aldrich.

"Kalian bertengkar?" tanya dosen wanita yang dulu berjalan bersama Aldrich di halloween party.

Aldrich mengendik. Sedangkan semua dosen disana menatapnya. Aldrich mengumpat dalam hati. Dia merasa seperti pemuda yang sudah menyakiti kekasihnya dan teman-teman kekasihnya menyalahkannya.

Arabella masuk ke dalam mobil. Ia gebrak kemudinya saking kesalnya.

"Brengsek!"

Arabella menghentak-hentakkan kakinya sambil memekik tertahan. Ia melirik tajam pada gedung disana. Kemudian menelan ludah sembari mengatur napasnya. Gadis itu pun berlalu.

"Arabella, Sayang. Makan siang y-"

Arabella berlalu melewati ibunya.

"Berhenti disana!" Instruksi Andreas menghentikan langkah Arabella. "Mama mengajakmu bicara! Dimana attitude yang Mama Papa ajarkan padamu?!"

Arabella mendengus keras.

"Arabella Rexford?!" Andreas menekan setiap suku katanya.

Arabella menoleh. "Apa sih, Pa?!"

"Ma-"

"Ara nggak minat makan siang bersama. Sudah kenyang!" Setelahnya Arabella melenggang pergi.

"Anak itu!"

Lizzy menahan lengan suaminya. "Kakak, sudah! Kita semua tahu dia sedang kalut."

"Tapi bukan begitu kita mengajarinya."

"Sshhtt! Ayo makan! Nanti biar Lizzy antar makan siangnya ke kamar."

Arabella melempar tasnya ke atas ranjang. Ia berdiri kaku dengan dada naik turun menahan emosi. Kepalanya memanas. Darahnya mendidih.

"Aarrgghh! Aku benci kamu!"

Arabella melempar tubuhnya di atas ranjang. Tangan lentiknya menyambar boneka berbentuk bunga matahari dan meletakkan kepalanya di atasnya. Ia angkat kepalanya, menarik tasnya dan mengambil ponselnya.

"Kenapa aku tidak punya nomornya? Cih! Menjengkelkan sekali."

Di sudut lain rumah ini, Kenzio menutup buku biologinya saat langit berganti gelap. Pemuda itu keluar dari kamar untuk menuju ruang makan. Apakah dia akan melihat kakaknya lagi setelah teriakan sang Papa siang tadi? Mata tajam Kenzio melirik. Benar, sosok kakaknya tak duduk di antara mereka.

"Sayang. Sini, makan!" sambut Lizzy pada putranya.

"Kak Ara tidak makan bersama lagi kalau kau mencarinya," ucap Aiden pada kakaknya.

Kenzio hanya menatap adiknya sekilas. Makan malam terasa hening untuknya. Hanya sang ibu yang sesekali membuka perbincangan, menceritakan kegiatannya maupun menanyakan sekolah anak-anaknya.

ALIENATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang