45 | Plan

1.7K 112 7
                                    

Semua orang menoleh serempak saat mendengar suara gedebukan. Ternyata Aluna yang belari dan segera berhambur memeluk kakak iparnya sambil memekik mengucapkan selamat atas sidang skripsi Arabella. Gadis itu sampai ngos-ngosan saking hebohnya. Erick memintanya duduk dan mengambil minum.

"Selamat ya, Kak Ara! Aaa... Aluna senang sekali. Habis ini kita liburan kan Dad?"

Erick mendatarkan wajahnya. "Itu niat dari hebohmu?"

Aluna terkekeh. "Ayolah, Daddy! Tahun kemarin kan gagal."

Arabella menelan ludah dan menundukkan kepala. Gerakan itu disadari Aldrich. Tangannya langsung digenggam dan diberikan senyuman lembut. Arabella kembali mengangkat wajahnya.

"Dad. Ya ya?"

"Hm. Ya. Lagipula sekarang sudah ada Revan, kan? Pinjam pulaunya Daddymu."

Revan mengangguk. "Silakan. Kata Daddy nanti juga bakal diberikan padaku."

Aluna menoleh cepat. "Kalau diberikan ke kamu, nanti saat kita menikah berarti jadi milikku juga?"

"Tentu."

"Aaa! Punya pulau pribadi!"

Alfred menghela napas panjang. "Aku dari tadi mau masukin pancake ini lho nggak jadi-jadi."

Dasha menoleh. "Kenapa?"

"Aluna suaranya kayak bom! Nanti kalau aku kesedak siapa yang tanggung jawab?"

Aluna tersenyum. "Varischa lah."

Alfred memelotot. "Panggil dia kakak!"

Aluna memanyunkan bibir sambil menggeleng. "Nope. Kalian kan belum menikah. Beda sama Kak Ara." Secepat kilat dia tersenyum pada Arabella yang ditanggapi senyum canggung.

"Kalau gitu aku mau nikah tahun ini, Dad! Harusnya tahun kemarin tapi Kak Aldrich nggak mau barengan kan?"

Erick mengangguk. "Iya. Direncanakan yang benar-benar. Ingat. Undangannya banyak."

Alfred tersenyum lebar. Dia menoleh pada kekasihnya. Ternyata Varischa sudah tersipu malu. Ia genggam tangan gadis berambut kemerahan itu.

"Kapan, Sayang? Besok juga bisa."

"Alfred. Kan Daddy bilang undangannya banyak." Dasha memperingati.

Varischa menjawab, "Bagaimana kalau musim gugur nanti setelah Kak Ara wisuda?"

Dasha mengangguk. "Boleh. Jadi persiapannya matang. Bisa desain gaun, dekorasi dan lain-lainnya. Kalau Aldrich kemarin terlalu mendadak. Jadi sovenirnya kurang memuaskan." Dasha memanyunkan bibir.

"Kok bisa sovenir satu set alat makan dan emas murni satu gram nggak memuaskan?" gumam Aldrich sambil memijat pelipisnya.

Arabella tertawa canggung atas perkataan suaminya.

"Sovenirnya berikan satu set perhiasan bagaimana, Sayang? Aku beli kok dari perusahaan kamu." Alfred begitu semangat.

"Marger lah perusahaannya," sahut Aldrich.

Alfred menatap kakaknya. "Hey! Belum juga sah sudah mau ngeruk harta pasangan. Perusahaan dia ya tetap perusahaan dia."

Aldrich mengangguk. "Ya ya."

Arabella tersenyum. Dalam hati dia iri dengan Varischa yang sudah menjadi wanita sukses. Sedangkan dirinya baru saja lulus sekolah dan tak tahu akan bekerja atau tidak. Namun Arabella bersyukur memiliki suami seperti Aldrich.

ALIENATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang