Aluna menghentikan langkahnya saat melihat kakaknya memasuki pintu utama dengan sebuah kuali kecil di tangan. Kening Aluna mengernyit. Ia kembali menaiki tangga yang belum selesai ia turuni. Langkah kakinya melebar, menuju balkon yang menghadap taman belakang. Aluna memfokuskan pandangannya. Kakaknya terus berjalan hingga berhenti di bawah pohon sakura yang mulai merontokkan bunganya.
Di bawah sana, Aldrich berlutut dan meletakkan gerabahnya di sampingnya. Pria itu mulai mencangkul. Perlahan tanah digali hingga memungkinkan kuali kecilnya bisa tertimbun sempurna. Setelahnya, Aldrich masukkan kuali itu, lalu menutupnya dengan tanah bekas galian. Setelah tertimbun sempurna, dia mengais beberapa rontokan bunga sakura yang tak jauh darinya, lalu menaburkannya di atas gundukan tanah itu.
"Maafkan Daddy, Sayang.." Aldrich menunduk di depan tanah galiannya. "Daddy bodoh tidak bisa melindungimu. Semoga kamu tidak membenci Daddy dan semoga kamu bertemu kakakmu disana." Aldrich menyeka air matanya, lalu bangkit. Dia berdiri mematung. Pandangannya kosong, menatap hampa pada gundukan tanah itu. Ia hela napas panjang, mendongakkan kepala, menatap langit yang mulai menjingga, lalu melangkah meninggalkan pohon sakura itu.
Aldrich mengembalikan cangkulnya ke gudang. Kemudian dia masuk ke dalam rumah dan menaiki tangga. Aluna terlambat mengejarnya. Pintu kamar kakaknya sudah tertutup rapat. Gadis itu menghela napas panjang.
Seusai membersihkan diri, Aldrich berjalan cepat menuruni tangga. Kedua orang tuanya menghadang. Calon adik iparnya juga ada disana. Adik perempuannya menuruni tangga, menyusulnya. Wajah mereka khawatir. Sebab seharian tak ada kabar.
"Aldrich. Bagaimana Ara?" tanya Dasha.
Aldrich menatap ibunya dengan sorotnya yang terluka. Dia tetap berjalan dan tak mempedulikan semua orang. Saat akan mencapai pintu utama, sosok Alfred lebih dulu menginjakkan kaki di lantai marmer rumah mereka.
"Kak. Kau balik nanti saja. Istirahat dan makanlah. Sudah ada orang tuanya dan Piero yang men–"
Aldrich menyentak tangan adiknya dan tetap berlalu. Alfred pun hanya sanggup menghela napas. Tatapannya bertemu pada kedua orang tuanya. Dasha segera mendorong kursi rodanya untuk meraih tangan putra bungsunya.
"Apa yang terjadi, Alfred?"
Alfred menelan ludah. "Kak Ara diculik dan disiksa, Mom."
"Oh my god!" Dasha membungkam mulutnya.
Aluna menyahut, "Lalu bagaimana keadaannya sekarang, Kak Fed? Aluna lihat Kak Aldrich mengubur sesuatu–?"
Alfred mengangguk. "Kak Ara mengalami keguguran. Keadaannya memprihatinkan. Sekujur tubuhnya memar dan lecet."
"Siapa pelakunya?" Erick bertanya.
"Javier."
Aluna membelalakkan matanya.
"Aku mau lihat Ara. Ayo, antar Mommy kesana!" Dasha menggenggam tangan putranya.
"Alfred akan mandi sebentar ya, Mom?"
Dasha pun mengangguk.
Sementara itu, di rumah sakit, Lizzy sedang menatap lekat putrinya yang terbaring tak sadarkan diri. Andreas duduk di sofa, sedangkan Piero berdiri bersandar dinding di samping pintu. Mereka menoleh serempak saat melihat Aldrich datang.
Lizzy tersenyum. "Aldrich. Kamu sudah makan?"
Aldrich membisu. Pria itu berjalan mantap dan duduk di samping tubuh istrinya. Lingkaran hitam serta bibir kering menghiasnya. Lizzy perhatikan, menantunya itu terus mengeratkan gigi. Mungkin menahan sesak dan nyeri dalam dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIENATION
Romance21+ Anak kecil menyingkir [Sequel Ruby Lips × My Naughty Dasha] Kesialan itu membuatnya tak waras dan mengurung diri. Siapa sangka dia dipaksa keluar dari hibernasi oleh sesosok pangeran tua bertemperatur rendah yang tak sengaja pernah bertemu denga...