17 | Birthday?

2.7K 140 7
                                    

Happy new year 2022 everyone! Glad to have y'all in my back and forth. Hope everyone have a beautiful new year. Stay safe and always fortunate♡

***

Arabella menepati janjinya. Pagi ini setelah sarapan dia bertolak dari New York ke New Jersey untuk bertemu sepupunya, Dave. Tentu saja dia tidak sendiri. Aldrich, sang suami menemaninya. Jika Arabella perhatikan, pria itu biasa saja. Tidak senang tidak marah dengan pertemuan yang mereka rencanakan.

"Paman."

"Hm?" Aldrich mengangkat alisnya tanpa menoleh sebab fokus pada jalanan. Karena weekend, banyak sekali kendaraan pribadi yang berseok di jalan.

"Kira-kira.. Dave ingin bicara apa ya?"

Aldrich melirik istrinya sekilas. "Aku tidak peduli. Tapi jika menyinggung hubungan kita, itu lain cerita."

Arabella menatap profil suaminya sambil mengerucut bibir. Kemudian menghela napas dan menatap ke depan. Tiga jam lebih mereka baru sampai di kediaman Rexford. Begitu membuka pintu mobil, Aiden datang memeluk Arabella.

"Aiden rindu Kakak," tuturnya.

Arabella mengucel pipi adiknya. "Kakak juga."

Mereka pun duduk bersama di ruang keluarga.

"Jadi kalian janjian makan siang dengan Dave?"

Arabella dan Aldrich mengangguk menjawab pertanyaan Lizzy.

"Memangnya Dave mau ngomong apa?" tanya Andreas.

Arabella meraih gelas tehnya. "Tidak tahu."

"Jangan-jangan masih ngejar-ngejar Ara, Pa?"

Andreas menatap istrinya lalu beralih pada menantunya. "Ada Aldrich. Tidak perlu cemas dengan Dave. Anak itu juga baru menjalani terapi."

"Bukan bertengkarnya, Pa yang Lizzy permasalahkan. Tapi kalau Dave tidak bisa move on, itu bisa mengganggu rumah tangga Ara dan Aldrich."

"Tinggal tidak usah dipikirkan kan bisa," sahut Kenzio.

"Heh! Anak kecil tahu apa soal rumah tangga?" kata Andreas.

Kenzio menyengir. Arabella tertawa dan merangkul adiknya itu.

"Aldrich yang akan bertanggung jawab, Ma. Mama tidak perlu khawatir," kata pria itu.

Aiden mengambil cookies di toples depannya. "Memangnya kalian akan bertemu Dave dimana?"

"Di restoran mall biasanya."

Aiden berbinar-binar. "Kakak! Aiden ikut dong..."

"Nggak bisa, Aiden. Ini ka–"

"Nggak papa, Ara," tutur Aldrich. Pria itu menyentuh tangan istrinya. Ia beralih menatap adik bungsu istrinya. "Tapi nanti ketika Dave bicara dengan Kak Ara, kamu main di game zone ya?"

"Siap, Paman!"

"Kakak."

Aiden menoleh pada ibunya.

"Panggil Kakak Aldrich!"

Aiden beralih menatap kakak perempuannya. "Tapi Kak Ara manggilnya juga Paman, Ma?"

"Kak Aldrich suami Kak Ara. Jadi dia juga kakakmu. Terserah Kak Ara mau manggil suaminya bagaimana, kan?" jelas Lizzy.

Aiden pun mengangguk paham.

"Tapi kalau dilihat-lihat, Aiden lebih cocok jadi anak Paman Aldrich," tukas Arabella sambil tertawa.

Aldrich menatap jengkel istrinya. Sedangkan Andreas dan Lizzy menggeleng kepala.

ALIENATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang