51 | Advice

1.5K 96 11
                                    

Arabella menaikkan kakinya di sofa. Tak lama setelahnya, Aldrich datang dengan segelas susu ibu hamil. Arabella mengucapkan terima kasih lalu meneguknya. Di tengah-tengah tenangnya suasana hati mereka, bungsu Andreas datang dengan ributnya.

"Kak Ara! Aku tadi futsal sama teman-teman."

"Hm?" Arabella meletakkan gelas kosongnya di atas meja.

"Kakak tahu? Wasitnya gila. Masak iya temanku ada yang ditendang tapi malah katanya tidak apa-apa. Kan itu pelanggaran." Aiden menyilang tangan.

"Memangnya timmu kalah?"

"Menang sih."

"Terus masalahnya di mana?"

Aiden mengerucutkan mulutnya. "Ya kan aku cerita kalau wasitnya gila."

Arabella menurunkan kakinya. "Kamu sudah besar, Aiden. Jangan rusuh dengan hal-hal yang tidak perlu diributkan."

"Kakak! Itu ya perlu dong! Ora–"

"Apa sih, Aiden?" Lizzy menginterupsi.

"Kak Aranya, Ma."

Lizzy mengambil duduk. Ia abaikan rengekan bungsunya. Kali ini Lizzy ingin berbicara banyak dengan putrinya. Memperhatikan kehamilannya sembari memberikan tips-tips menjadi ibu.

"Yang paling Ara takut itu kalau lagi tantrum, Ma."

Lizzy mengangguk. "Memang semua anak kecil pasti ada fase tantrumnya. Kalian harus bekerja sama dalam fase ini. Karena kalau ibunya melarang tapi ayahnya membolehkan, wahh tidak bisa jalan nanti pembentukan karakternya."

Aldrich menyahut, "Iya, Ma. Mungkin nanti pendidikan awal benar-benar di tangan Ara. Aku kan kerja sampai sore."

"Huhum. Yang penting komunikasi sih."

Arabella mengangguk. "Iya, Ma. Kami akan terus diskusi."

"Pada kumpul di sini, Papa cariin." Andreas mengecup pipi istrinya lalu putrinya.

"Mandi sana! Aku siapkan sarapan," kata Lizzy.

Aiden mengintili Papanya. "Papa hari Senin tidak lembur kan? Boleh tidak antarkan Aiden ke kolam renang sorenya?"

"Mau apa?"

"Mau renang sama teman-teman."

Lizzy tersenyum pada putrinya. "Mama siapkan sarapan buat Papa dulu ya?"

Arabella mengangguk. "Iya, Mama."

Di meja makan, Andreas menikmati sarapannya ditemani sang istri. Semalam dia memang lembur dan baru pulang pagi. Jadi dia tidak menyambut kedatangan Arabella. Putrinya itu sampai di kediamannya pukul 9 malam.

"Bagaimana keadaan Ara?" tanya Andreas di tengah mulutnya yang penuh.

"Ditelan dulu makanannya. Ara baik kok."

"Terus, yang wanita jahat itu sudah ketemu belum?"

Lizzy menatap suaminya. "Aku tidak tanya itu. Takut kalau Ara sedih lagi."

Andreas mengangguk. "Okay. Aku tanya Aldrich sendiri kalau begitu."

Seusai menghabiskan sarapannya, Andreas pun bergabung dengan putri dan menantunya. Dia ikut tertawa bersama Lizzy saat Aiden berbicara dengan perut Arabella. Kenzio yang baru keluar dari kamar juga ikut tertawa. Sedangkan Arabella memasang wajah jengahnya.

"Kamu pokoknya harus cowok ya? Nanti main game sama Uncle. Bakal Uncle ajarin banyak game seru. Nanti juga kita main outdoor sport."

ALIENATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang