11 | Meet

2.8K 157 7
                                    

Happy weekend and happy reading:)

***

Aldrich dan Arabella sampai di basement apartemen. Selama perjalanan pulang, Aldrich mengunci mulut. Bahkan pria itu turun dari mobil dengan membanting pintu. Arabella berlari kecil mengejar langkah besarnya. Di dalam lift, suasana semakin pengap. Aura yang menguar dari Aldrich membuat bulu roma Arabella berdiri.

"Paman?" Arabella mencoba memanggilnya saat pria itu membuka pintu apartemen. Dia semakin gelisah melihat raut wajah menyeramkan suaminya. Gadis itu pun memutuskan meraih tangan pria itu. Namun apa yang didapatnya? Aldrich menyentak tangannya.

"Paman marah sama Ara?!" Suara Arabella terkesan tinggi karena tak terima atas sentakan Aldrich.

Aldrich menatap istri kecilnya. "Aku tidak marah."

Arabella tertawa sumbang. "Lalu apa ini? Paman terus diam sejak pulang dari rumah Uncle Jerry. Paman tidak menjawab panggilanku. Lalu Paman menyentakku?"

"Kenapa kau tidak bilang jika kau dijodohkan dengan sepupumu?"

"Aku tidak dijodohkan. Awalnya memang berencana seperti itu, tapi aku tidak mau."

Aldrich mendengus keras. Ia lempar jaketnya ke sofa ruang tamu.

"Karena itu Paman seperti ini?"

Aldrich menyipitkan matanya. "Karena itu? Kau membuatku terlihat bodoh disana."

"Terlihat bodoh?"

"Aku hanya orang asing yang merebut calon menantunya. Tidak kah kau tahu betapa malunya aku di posisi itu? Sedangkan aku tidak tahu apa-apa."

Arabella menatap Aldrich. "Paman mengatasinya dengan baik. Lalu apa masalahnya?"

Aldrich tertawa sumbang. "Harga diriku, Ara. Permasalahnnya ada di situ!"

Arabella sedikit tersentak. "Bukankah hubungan kita memang rumit? Harga diri sudah dipertaruhkan dari awal. Paman bahkan menikahiku yang sudah tidak punya harga diri!"

"Kenapa kau terus membahas itu?!" sentak Aldrich.

Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Pandangan mereka tak saling bertemu. Arabella menyisir rambutnya ke belakang. Pening sekali kepalanya. Sedangkan Aldrich mengepal tangan sembari menghirup oksigen untuk meredam emosinya.

"Jika Paman memang tidak menginginkan ini, Paman bisa menceraikanku."

Aldrich memelotot mendengar penuturan itu. "Lalu kau akan menikah dengan sepupumu itu?!"

"Tidak tahu juga," jawabnya.

Aldrich mengeraskan rahangnya. "Jangan anggap aku bermain-main dengan pernikahan ini, Ara! Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu!"

"Lalu kenapa Paman menyalahkanku?!" tudingnya.

"Aku tidak menyalahkanmu."

Arabella menatap Aldrich dengan kecewa. "Tadi Paman bertanya kenapa aku tidak memberitahu Paman. Bukankah berarti Paman menyalahkanku atas kejadian ini?"

"Aku hanya bertanya dan meminta penjelasan."

"Aku sedang kalut, Paman! Papa menjodohkanku dengan orang yang sama sekali tak pernah ku kenal. Sedangkan Dave koma. Hanya Paman yang selalu menolongku. Aku hanya berpikir Paman bisa menyelamatkanku dari pernikahan itu," tukas Arabella panjang lebar.

Aldrich tertawa jenaka.

"Jadi kau berpikir pernikahan ini hanya untuk menyelamatkanmu dari pernikahan sebelumnya yang tidak kau inginkan?"

ALIENATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang