52 | Black Ribbon

1.3K 108 9
                                    

Pagi dini hari, Aluna merengek pada Revan. Dia berkata perasaannya tidak enak. Bahkan tubuhnya panas dan tak berdaya. Sejujurnya Revan juga merasakan hal yang sama. Seakan sesuatu yang besar tengah bersiap-siap datang.

Hari ini merupakan hari pernikahan putra kedua Erick Maximilian. Di parkiran mobil, wanita dengan rambut sepundak berwarna hitam pekat itu menarik rem tangan. Dia memegang sebuah undangan. Dress hitam ketat berbahan kain mengkilat membungkus tubuh tinggi semampainya. Wanita itu turun dari mobil, menunjukkan highheelsnya. Kemudian melenggak-lenggok memasuki area hotel.

"Undangannya, Nona." Seorang terima tamu menyapanya dengan hangat. Dia menyerahkan undangan untuk menscan barcode dalam undangan. "Selamat datang di pesta pernikahan Tuan Alfred Maximilian dan Nona Varischa Lubov, Nona Gladis."

Wanita itu tersenyum lalu masuk ke dalam ballroom yang sangat megah. Dia mengedarkan pandangan, memperlajari setiap detail dari ruangan ini. Setelahnya dia berjalan menuju sudut yang cenderung sepi untuk mengaktifkan earpiece yang sudah terpasang di telinganya. Seorang pelayan datang padanya dan memberikan sebuah nampan yang ditutup sebuah kain.

"Bibi, ledakan sekarang!"

Wanita itu lantas mengedarkan pandangannya, mengamati beberapa pria berbalut jas itu berjalan cepat ke sana ke mari sambil berbicara lewat earpiece. Dia sunggingkan senyum. Kedua bola matanya menangkap target hari ini.

"Di dekat air mancur cokelat," katanya lewat earpiece.

"Tunggu orang-orang rusuh!"

"Okay."

Dia kembali menyilang tangan sambil menikmati minumannya.

"Apa? Ada kebakaran di hotel ini?"

"Iya, aku dengar begitu."

"Oh, pantas para penjaga terlihat berhamburan."

"Semoga saja apinya segera padam dan tidak sampai ke sini."

"Bukankah kita harus keluar sekarang?"

Kira-kira seperti itu perbincangan tamu undangan yang berhasil ditangkap indra pendengarannya.

"Sekarang!" ucapnya pada orang di seberang sana.

Di dekat air mancur cokelat, Lizzy mengelus rambut putrinya.

"Mama ke Aiden dulu ya?"

"Iya, Mama. Kalau Kenzio menganggur minta dia ke sini!"

"Okay. Mari Nyonya Dasha."

"Ah, iya." Dasha mengangkat sendok gelatonya untuk menunjukkan dia menikmati pesta.

Lizzy pun melenggang pergi. Tinggal Arabella dan Dasha yang duduk di kursi roda. Arabella mengambil dua langkah untuk sampai di ice cream freezer. Dia ingin mengambil satu scup dan memberinya taburan potongan buah strawberry dan blueberry.

Dasha menatap menantunya. Dia tersenyum melihat perut membuncit menantunya itu. Jujur, Dasha senang sekali akan memiliki cucu. Saat akan kembali menyendok gelatonya, sudut mata Dasha melihat sesuatu yang ganjil. Bola mata Dasha membelalak. Ia jatuhkan gelatonya kemudian mendorong tubuhnya untuk melompat sekuat tenaga.

"Arabella!"

DARR!!

DARR!!

"MOMMY!!"

Arabella memelotot melihat Dasha yang melompat merangkulnya. Wanita itu ambruk tepat di depannya. Tubuh Arabella menggigil saat dia melakukan kontak mata dengan Dasha.

ALIENATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang