Selamat tanggal 25 Desember bagi yang merayakan! Happy reading:)
***
"Paman. Sepertinya ada yang mengetuk pintu," ucap Arabella dengan suara seraknya.
"Hmm?" Suara Aldrich tak kalah serak. Pria itu bergerak dan meraih remot untuk mematikan mode kedap suaranya.
"Aldrich! Buka pintunya, anak kurang ajar!"
Bola mata Arabella mendelik mendengar suara mertuanya mengumpati suaminya. Aldrich singkap selimut. Ia raih celana dan kausnya yang tercecer di lantai. Dengan santainya dia masuk ke walk in closet, sementara suara di luar terus mengamuk.
"Pakai dulu!"
Aldrich menyerahkan satu set pakaian dalam dan baju tidur terusan pada istrinya. Setelah Arabella selesai mengenakannya, barulah Aldrich berjalan menuju pintu. Ia buka kunci berlapis itu. Wajah menyeramkan ayahnya langsung menyambutnya.
"Mana Ara?!"
Aldrich mencegat ayahnya yang akan menyelonong masuk. Sebenarnya dia tidak masalah orang tuanya masuk, tapi mendengar nada penuh amarah sang ayah, membuat Aldrich curiga pria itu tidak akan mengapa-apakan istrinya. Erick tersinggung karena putranya menghalanginya.
"Kalau Daddy datang dengan baik, Aldrich izinkan masuk. Aku tidak mau mendengar dia menangis karena takut padamu!"
Erick mendorong putranya. Pria itu melangkah cepat menemui menantunya yang masih duduk di atas ranjang. Ia lemparkan surat kabar itu pada Arabella. Belum sempat Arabella mengambilnya, Aldrich menyambarnya lebih dulu.
"Urusan ini denganku, bukan Ara!" tegas Aldrich.
Erick menatap putra sulungnya. "Kau tahu apa itu?! Istrimu ini pemain!"
"Erick!" Dasha menyelak. "Kita belum tahu kebenarannya!"
Aluna merangkak naik ke atas ranjang dan memeluk kakak iparnya yang mulai berguncang. Ia bisikan kata-kata agar Arabella tenang.
"Daddy menakuti Kak Ar–"
"Diam kamu, Aluna!" Erick menatap putrinya nyalang.
Aldrich mengembalikan surat kabar itu pada ayahnya. "Jangan mudah termakan hoax, Dad. Kau bisa cepat mati."
"LALU JELASKAN!" Suara Erick menggelegar. "Aku tidak mau punya menantu pemain, bereputasi gadis ular."
Air mata Arabella meluber tak terkendali. Napasnya terengah-engah. Dia tak paham kenapa dirinya dituduh demikian oleh ayah mertuanya. Memangnya apa yang ditulis berita itu?
"Ini hanya konspirasi, Dad. Mana mungkin Emran Brady menulis beginian. Jika iya, kenapa tidak sejak kematiannya ini terungkap? Mengapa setelah semua orang tahu aku pemegang Max Group? Jelas ini hanya akal-akalan manusia sampah untuk menjatuhkan kami."
Erick melunakkan otot-ototnya mendengar penuturan putranya. Ia tatap Arabella yang menunduk takut padanya. "Maafkan Daddy, Ara. Seharusnya Daddy mendengar dulu penjelasan kalian."
Aldrich menghela napas. Ia raih istrinya dalam pelukannya. Semua orang menatap prihatin pada gadis itu.
"Memangnya apa yang tertulis disana?" tanya Arabella dengan suara bergetar tak keruan.
Erick menyerahkan surat kabar itu. Arabella membacanya. Disana terdapat gambar sebuah buku diary yang katanya milik Emran Brady. Disana tertulis jika Arabella menggoda Emran untuk menjadi kekasihnya. Dengan tubuh indah dan kepolosannya dia memancing Emran dan teman-temannya untuk memperkosanya. Hal itu akan dijadikan untuk memeras keluarga Emran atas aib yang mereka buat. Namun Emran dan teman-temannya menolak, sehingga Arabella menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan mereka. Pun juga karena Arabella akan mendapatkan Massimo. Tetapi saat Massimo nanti telah memberikan segalanya, Arabella akan meninggalkannya dan mencari yang lebih. Keberuntungan besar dia bertemu dengan Aldrich Maximilian yang tengah menjadi dosen di kampusnya. Seperti cara yang dilakukan untuk memikat Emran, Arabella mendapatkan Aldrich. Dan kemungkinan Aldrich akan ditinggalkan jika semua keinginannya telah terpenuhi. Arabella adalah sosok yang memandang rendah lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIENATION
Romance21+ Anak kecil menyingkir [Sequel Ruby Lips × My Naughty Dasha] Kesialan itu membuatnya tak waras dan mengurung diri. Siapa sangka dia dipaksa keluar dari hibernasi oleh sesosok pangeran tua bertemperatur rendah yang tak sengaja pernah bertemu denga...