Yewon menatap pantulan wajahnya di cermin. Pipinya sudah terlihat lebih baik dari kemarin. Yewon tentu tak ingin semua anggota keluarganya mempertanyakan perihal pipinya yang membengkak. Bahkan kemarin Jennie juga bertanya tentang apa yang terjadi dengan pipinya. Beruntung Sowon dan Jennie percaya akan ucapannya. Meski ia sendiri tidak yakin pada Sowon, kakak sulungnya itu bukan orang yang mudah di bohongi.
Terlebih Sowon adalah calon Psikolog.
Bungsu Lee itu bergegas keluar dari kamar. Ia berjalan menuruni anak tangga lalu menuju ruang makan. Di sana ia bisa melihat anggota keluarganya sudah berkumpul untuk sarapan.
"Pagi." sapa Yewon pada anggota keluarganya.
"Pagi sayang." hanya Suzy yang menjawab. Sedangkan yang lain membalas sapaan Yewon dengan senyuman.
Suzy meletakkan satu potong roti isi di atas piring Yewon. Tak lupa satu gelas susu.
"Habiskan sarapanmu."
Yewon mengangguk, ia beralih menatap sang Ayah yang tampak sibuk dengan ponsel di tangannya. Ayahnya itu pasti sedang sibuk mengecek jadwalnya hari ini.
"Appa."
Jongsuk mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel, ia menatap putri bungsunya yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.
Yewon menelan salivanya susah payah. Ia memanggil sang Ayah, namun sekarang justru semua anggota keluarganya menatap ke arahnya.
"Wae Yewon-ah?" tanya Jongsuk saat Yewon tak kunjung berbicara.
"B-bolehkah aku membawa mobil?" ucap Yewon begitu pelan. Ia bisa melihat tatapan horor dari Ibu dan kedua kakaknya. Bungsu Lee itu tentu sadar, permintaannya pasti akan mendapat larangan dari keluarganya.
"Mengapa tiba-tiba ingin membawa mobil? Biasanya kami yang selalu mengantarmu." ucap Sowon menanggapi.
Yewon terdiam. Satu tahun lalu sang Ayah memberinya hadiah mobil. Meski ia sudah bisa mengemudi, ia belum pernah memakai mobil pemberian Ayahnya. Selain karna ibu dan kedua kakaknya tak mengizinkan, umur Yewon saat itu juga belum cukup untuk mengemudi.
"Lagi pula berbahaya jika anak sekolah sepertimu membawa mobil." lanjut Sowon.
Kemanapun Bungsu Lee itu pergi, ia memang selalu di antar. Tapi kali ini ia meminta izin untuk membawa mobil sendiri karna ia tau jika kedua kakaknya tak bisa selalu mengantarnya. Mereka memiliki kesibukkan masing-masing. Ia pikir ia tak bisa terus mengandalkan kedua kakaknya.
"Kau bisa berangkat sekolah dan pulang bersama Unnie Yewon-ah. Jadi tidak usah membawa mobil sendiri." ucap Jennie.
"Tapi kemarin Unnie tak menjemputku."
"Karna kemarin memang Unnie tak bisa menjemput."
"Jika begitu izinkan aku membawa mobil agar Unnie tak perlu repot menjemput."
"Unnie tidak merasa repot. Lagi pula sekolahmu satu arah dengan Unnie."
"Tapi jam masuk kita berbeda Unnie."
Jennie tampak menghela nafas. Jika memiliki keinginan, adiknya itu akan berubah keras kepala.
"Appa mengizinkan mu."
"Appa!" seru Sowon dan Jennie bersamaan. Keduanya tak habis pikir dengan sang Ayah yang memberi izin pada Yewon untuk membawa mobil.
"Tapi tidak sekarang. Tunggu usiamu 17 tahun."
Senyum yang semula terbit saat sang Ayah memberinya izin perlahan luntur saat mendengar kalimat terakhir Ayahnya. 17 tahun? Itu berarti satu tahun lagi ia baru di izinkan membawa mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI
FanfictionDia menyukai origami. Seorang gadis yang harus terpisah dari keluarganya karna sebuah kecelakaan besar. Membuatnya harus kehilangan seluruh ingatannya. Semua kehidupannya berubah. Tapi satu hal yang tetap sama pada dirinya, ia tetap menyukai origami...