ORIGAMI (35)

1.3K 231 24
                                    

"Jennie Unnie!"

Sowon yang sedikit terjaga tampak terkejut mendengar teriakkan adiknya. Melihat sang adik yang terbangun membuatnya langsung bergegas mendekati Yewon.

"Yewon-ah."

Sowon duduk disisi tempat tidur Yewon. Ia bisa melihat nafas Yewon yang memburu juga banyaknya keringat yang menghiasi wajah adiknya.

"Unnie, aku bermimpi Jennie Unnie pergi meninggalkanku." ucap Yewon seraya menatap wajah kakak sulungnya. Tampak raut ketakutan di wajah Yewon. Mimpinya terasa begitu nyata saat dengan jelas ia mengejar mobil yang membawa kakaknya pergi.

Sowon tak menanggapi ucapan adiknya, memilih mengusap peluh yang membasahi wajah Yewon.

"Tidurlah kembali, Unnie akan menemanimu."

Sulung Lee itu berniat menuntun tubuh Yewon untuk kembali berbaring. Namun tangan Yewon justru menahan pergerakkannya.

"Apa Jennie Unnie ada di kamarnya?"

Sungguh Yewon berharap jika mimpinya bukanlah kenyataan.

"Aku harus melihat Jennie Unnie."

"Yewon-ah. Jennie sudah pergi, dia sudah tak bersama kita."

Ucapan Sowon berhasil membuat tubuh Yewon mematung. Apa yang ia takutkan benar-benar terjadi. Itu bukan mimpi, semua yang ia lihat adalah kenyataan. Jennie memutuskan untuk pergi dan kembali pada keluarga kandungnya.

Tangan Yewon terangkat, dadanya terasa begitu sesak. Membuatnya kesulitan untuk sekedar menarik nafas. Sesak akan rasa sakit kehilangan sosok Jennie. Seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Sosok kakak yang dulu pernah berjanji akan selalu ada untuknya. Yewon menangis, bagaimana ia bisa menjalani hidupnya tanpa ditemani Jennie?

"J-jennie Unnie..." lirih Yewon di sela tangis juga sesak yang menghujami dadanya.

"Gwenchana, tenangkan dirimu. Atur nafasmu perlahan."

Melihat sang adik seperti itu tentu membuat Sowon khawatir. Ia segera meraih tubuh Yewon ke dalam dekapannya. Kejadian ini terasa mengejutkan untuk Yewon. Bukan hanya Yewon, bahkan dirinya sekalipun terkejut dengan keputusan Jennie untuk kembali pada keluarga Kim.

Sowon terus mengusap punggung adiknya, berusaha menuntun sang adik agar bernafas dengan benar.

Saat Sowon tiba di mansion, gadis itu dikejutkan dengan sang Ibu yang tengah menangis dalam dekapan Ayahnya. Sowon belum mengetahui perihal apa yang terjadi. Hingga salah seorang maid memberitahu dirinya jika keluarga Kim baru saja datang menjemput Jennie.

Hal besar baru saja terjadi tanpa sepengetahuannya. Terlebih saat mengetahui jika adik bungsunya sempat tak sadarkan diri saat Jennie pergi.

Sowon melirik jam di atas nakas, pukul tiga dini hari. Ia bisa merasakan tubuh dalam dekapannya itu mulai tenang. Sowon tampak memejamkan mata, berharap jika apa yang ia alami sekarang hanyalah mimpi. Namun tampaknya percuma, semua benar-benar nyata terjadi.

.

.

.

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, gadis blonde itu berjalan menuruni anak tangga dengan tangan membawa satu gelas kosong. Sebenarnya tubuhnya masih enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Namun karna tenggorokannya yang terasa kering, membuatnya mau tak mau harus pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Hari libur membuat Rosè sesekali ingin bermalas-malasan. Hal yang tentu sangat jarang ia lakukan.

"Rosè-ya, kau sudah bangun?"

ORIGAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang