ORIGAMI (15)

1.3K 229 8
                                    

Sowon melangkah gontai memasuki mansion. Wajahnya tampak begitu lelah. Putri sulung keluarga Lee itu baru saja pulang saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah, sejenak menatap sekeliling. Suasana tampak sepi, tentu saja karna semua anggota keluarganya mungkin sudah terlelap.

Sowon terlihat memejamkan mata, sejenak mengistirahatkan tubuhnya.. Menjadi mahasiswi jurusan Psikolog cukup menguras tenaga juga otaknya. Terlebih ia ingin lulus lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.

Terlahir menjadi anak sulung menjadikannya sosok yang di tuntut untuk mandiri. Bersikap dewasa agar bisa menjadi panutan, menjadi sosok kakak yang mampu mengarahkan adik-adiknya. Satu kalipun Sowon tak pernah mengeluh, ia bahkan tak pernah membagi beban juga masalah yang ia hadapi pada siapapun, bahkan keluarganya sendiri.

Terbiasa menyimpannya, juga ia tak ingin menambah beban untuk keluarganya. Terlebih kedua orang tuanya.

Disaat Sowon sedang menikmati rasa lelah, percakapan kedua orang tuanya yang beberapa hari lalu tak sengaja ia dengar kembali terngiang di telinganya. Kenyataan tentang orang tua kandung Jennie yang masih hidup. Bahkan keberadaan mereka begitu dekat dengan Jennie.

Kehidupan keluarga Lee sangatlah baik, bahkan harmonis. Kehadiran Jennie di tengah-tengah mereka tentu menambah kebahagiaan keluarga Lee. Tak pernah membedakan meski Jennie bukanlah putri kandung Jongsuk dan Suzy. Mereka menyayangi Jennie sama seperti mereka menyayangi putri kandung mereka.

Namun saat semua fakta perlahan terkuak, keharmonisan keluarga mereka mungkin akan terancam. Hal itu lah yang begitu Sowon takutkan. Ia menyayangi Jennie, bahkan sangat. Entah apa yang akan terjadi jika ia benar-benar harus kehilangan Jennie.

Lalu si bungsu? Gadis yang tak pernah bisa pisah dari Jennie. Sowon tak bisa membayangkan jika Yewon tau tentang Jennie yang bukan kakak kandungnya.

Sebuah tangan hangat terasa menyentuh pipinya. Perlahan mata Sowon terbuka, ia bisa melihat sang adik yang kini tersenyum padanya.

"Unnie, mengapa tidur di sini?"

Jennie yang berniat mengambil satu gelas air putih, gadis itu justru menemukan kakaknya yang tertidur di ruang tengah. Jennie memutuskan untuk menghampiri sang kakak lalu membangunkannya.

"Unnie tidak tidur Jennie-ya." jawab Sowon seraya menegakkan tubuhnya.

"Unnie baru pulang? Mengapa sampai selarut ini?"

"Eoh, banyak tugas yang harus Unnie selesaikan."

"Jangan terlalu lelah. Unnie bisa sakit."

Ucapan Jennie tentu membuat hati Sowon menghangat. Perhatian kecil itu memang selalu Jennie berikan padanya. Dan itu cukup membuat Sowon senang.

Tatapan Sowon berubah sendu, membayangkan jika kebersamaan mereka itu tak akan berlangsung lama. Saat Jennie mulai kembali mendapat ingatannya, dan saat keluarga kandung Jennie benar-benar membawanya. Saat itu mungkin keluarga Lee akan benar-benar kehilangan.

Jika Sowon boleh jahat, ia ingin berdoa pada Tuhan agar tak mengembalikan ingatan Jennie. Juga membuat keluarga kandung Jennie tak pernah menemukan Jennie. Dengan begitu ia dan keluarganya tetap bisa bersama Jennie.

"Ada yang Unnie pikirkan?"

Seolah mengerti tatapan kakaknya yang berubah, hal itu tentu membuat Jennie khawatir. Kakaknya itu bukan tipe orang yang mudah terbuka. Bahkan dengan keluarganya sekalipun. Jennie hanya khawatir jika sang kakak memilih menyimpan semua beban yang ia miliki sendiri.

Sowon hanya menggeleng, ia tersenyum seraya mengusap surai hitam adiknya.

"Kau belum tidur?"

Sowon mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tak ingin Jennie bertanya lebih lanjut.

ORIGAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang