Mata gadis berpipi mandu itu perlahan terbuka. Sejenak menatap langit-langit sebuah ruangan yang terasa asing untuknya. Mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi, seingatnya ia tengah berada di pantai dengan Lisa dan Rosè. Sontak Jennie langsung beranjak duduk. Pergerakannya yang tiba-tiba tentu membuat kepalanya kembali berdenyut. Reflek ia memegangi kepalanya.
"Kau sudah bangun."
Seorang wanita paruh baya terlihat melangkah tergesa menghampiri Jennie. Tatapannya terlihat menunjukkan kekhawatiran.
Jennie tentu mengenal wanita yang kini berada di sebelahnya. Mengapa ia bisa berada disini? Jennie kembali menatap sekeliling, mengedarkan pandangannya pada sebuah kamar yang entah milik siapa.
"Ahjumma sangat panik saat Lisa dan Rosè datang dengan kau yang tak sadarkan diri."
Jennie beralih menatap Shinhye. Kini ia ingat, ia tak sadarkan diri saat kepalanya di hujami rasa sakit yang luar biasa.
Lalu, dimana ia berada sekarang?
"Ini kamar Jisoo, dia juga yang memeriksamu tadi. Jisoo sedikit tau meski dia bukan Dokter. Apa kepalamu masih sakit?"
Jennie belum sama sekali mengeluarkan suara. Ia hanya menggeleng menjawab pertanyaan Shinhye. Kepalanya memang sudah tak sesakit tadi.
"Syukurlah, Ahjumma lega mendengarnya."
"Unnie!"
Jennie menoleh saat Lisa datang, di ikuti Rosè yang melangkah di belakang gadis berponi itu.
"Gwenchana?"
Lisa tentu khawatir, dengan jelas ia melihat Jennie tak sadarkan diri di depan matanya.
"Gwenchana Lisa-ya."
Meski Jennie sudah mengatakan bahwa ia baik-baik saja, itu tetap tak membuat kecemasan di hati Lisa berkurang.
"Dia hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran."
Jisoo terlihat baru saja memasuki kamar. Ia tampak melangkah menghampiri gadis yang kini terbaring di tempat tidurnya.
"Seharusnya kita tidak pergi tadi."
Rosè tampak merasa bersalah, bagaimana pun dialah yang menunjukkan arah tempat yang mereka kunjungi tadi. Ia pikir ia terlalu jauh mengajak Jennie.
"Aniya, bukankah aku yang mengajak kalian. Tapi justru aku yang merepotkan. Tiba-tiba saja kepalaku sakit." jelas Jennie. Ia tentu tak ingin Rosè menyalahkan diri atas apa yang menimpanya. Justru ia yang merasa bersalah karna sudah merusak acara mereka tadi.
"Kakimu, bagaimana dengan kakimu?" tanya Jennie saat ingat jika kaki Rosè terluka sebelum ia pingsan.
"Gwenchana, Jisoo Unnie sudah mengobatinya." Rosè menjawab seraya menunjukkan telapak kakinya yang sudah di bebat perban.
"Jika kepalamu masih terasa sakit, Ahjumma akan memanggil Dokter untuk memeriksamu lebih..."
"Tidak perlu Ahjumma, aku baik-baik saja. Sungguh." ucap Jennie berusaha meyakinkan mereka. Ia sungguh merasa tak enak pada keluarga itu.
Entah mengapa Shinhye begitu khawatir, rasanya seperti saat ia mengkhawatirkan ketiga putrinya.
Jennie menatap jendela kaca yang menampilkan pemandangan luar.
Sudah gelap.
Sontak Jennie langsung menatap jam di pergelangan tangannya. Selama itu kah ia tak sadarkan diri? Jennie tampak memejamkan mata, teringat jika ia sudah terlalu lama pergi. Keluarganya pasti mengkhawatirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI
FanfictionDia menyukai origami. Seorang gadis yang harus terpisah dari keluarganya karna sebuah kecelakaan besar. Membuatnya harus kehilangan seluruh ingatannya. Semua kehidupannya berubah. Tapi satu hal yang tetap sama pada dirinya, ia tetap menyukai origami...