Langkah kakinya begitu ringan karena dirinya tengah merasa begitu senang. Dengan bahu yang menggendong tasnya, ia pun memasuki wilayah Kabukicho. Wajahnya yang cantik meski umurnya belum menunjukan kedewasaan terpancar bahagia membuat beberapa orang yang berpapasan dengannya turut merasakan kebahagiaannya.
"Pagi sayang..."
"Pagi!"
Bahkan suara cemprengnya itu seperti gemerincing lonceng kuil yang merdu nan menenangkan. Ia membalas sapaan orang-orang dan terus berlari menuju sebuah apartemen kecil di sana. Ia mencengkeram erat lembaran kertas ulangannya. Berharap-harap cemas jika Mama akan senang dengan hasil ulangannya.
Pintu dibuka perlahan.
Tapi bukan sambutan hangat yang ia terima justru sebuah lemparan botol alkohol yang hampir mengenainya jika ia tidak menghindar.
"JAM SEGINI KAU BARU PULANG HAH?! KAU KEMANA SAJA ANAK HARAM!"
"Ma..maaf Mama... t-tadi ada ulangan..."
Wanita yang masih tetap cantik meski kini sudah mempunyai anak berjalan dengan langkah lebar menuju anaknya. Dengan beringasnya ia menarik rambut anaknya yang perlahan memutih.
"AKU TIDAK MENERIMA ALASANMU! CEPAT BUATKAN AKU MAKANAN HIK!"
"B-baik Ma..."
Mama melepaskan tarikan di rambutnya yang ternyata rontok. Ia hendak ke dapur untuk membuatkan Mama makanan tapi mata Mamanya menatap kertas-kertas ulangannya. Mama merebut kertas-kertas itu dari tangannya. Wajah Mama kembali merah padam.
"HAH! NILAIMU ADA YANG 98? DASAR TOLOL. UNTUK APA AKU SUSAH-SUSAH MENYEKOLAHKANMU JIKA SATU ULANGANMU TIDAK NILAI SEMPURNA. SEKARANG KAU HARUS KU HUKUM!"
Mama segera mengambil balok kayu di sudut ruangan dan tanpa ampun memukul punggungnya hingga terdengar suara retakan tulang yang menyakitkan. Akan tetapi, ia tidak menangis. Jika Mama tau dirinya menangis maka hukumannya akan bertambah.
Ketika pertama kalinya ia dihukum lalu menangis Mama mengambil cerek air yang masih mendidih dan menuangkannya ke luka bekas pukulan. Teriakan kesakitan memenuhi kamar apartemen kecil ini tapi Mama menulikan telinganya dan terus menyiram lukanya hingga air habis. Tetapi itu masih berlanjut dengan Mama tidak memberinya makan selama dua hari dan mengurungnya di lemari.
BUK
BUK
"SEHARUSNYA KAU BERBALAS BUDI ANAK BRENGSEK. KARENA DIRIMU HIDUPKU HANCUR."
"PRIA BRENGSEK ITU... KENAPA WAJAHMU MIRIP DENGANNYA..."
"ARGH!!"
Teriakan Mama menggema di apartemen ini. Mama menghentikan pukulannya dan mendengus kasar. Sebatang rokok di atas meja segera diraih. Suara pemantik api terdengar diikuti asap putih yang keluar.
"Fuh... cepat buatkan makanan anak haram!"
Suara Mama memang mulai tenang dan itu membuatnya tersenyum tipis. Amarah Mama tidak selama kemarin. Langsung saja ia melesat ke dapur. Tangan-tangan kecilnya dengan lincah berurusan dengan peralatan dapur.
Beginilah keseharian seorang (Name) yang tinggal bersama Mama tersayang.
Saat makanan sudah habis, Mama tertidur pulas dengan kepala tertelungkup di atas meja yang penuh dengan botol alkohol dan puntung rokok.
(Name) yang sudah mencuci piring beralih ke kamar untuk mengambil selimut. Dengan hati-hati ia menyelimuti Mama. Sejenak ia pandangi wajah Mama.
"Aku sayang Mama..." ucapnya sepelan mungkin lalu membereskan semuanya hingga bersih dan rapi.
![](https://img.wattpad.com/cover/287366674-288-k151573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WHITE PIERROT [Completed]
RandomKini (Name) memang menjadi Queen bagi Hanma Shuji serta menjadi bidak paling disayangi Kisaki Tetta. Akan tetapi, siapakah sosok yang sangat jenius dengan surai nyentrik itu? Selamat datang dalam cerita lain dari The Grim Reaper. Dimana masa lalu d...