9. Teru-teru Bozu

757 177 3
                                    

[WARNING! SPOILER]

-------------------------------------

Tangan mungil (Name) bergerak lihai membentuk sebuah boneka yang mendapatkan cerita mistis berakhir tragis di dalamnya. Dimana boneka ini konon katanya adalah perwujudan dari seorang biksu mengaku dirinya hebat sehingga bisa menghentikan hujan tapi ketika diminta raja sang biksu malah tidak bisa menunjukkan kehebatannya yang membuat raja murka dan menggantung kepalanya.

Namun saat kepala biksu itu digantung hujan malah berhenti. Raja pun akhirnya mengakui kehebatan sang biksu tapi sayang sang biksu sama sekali tidak bisa merasakan euforia itu karena dirinya sudah terlebih dahulu diantarkan nyawanya oleh sang raja sendiri.

Berbekal bahan-bahan sederhana, kainnya bahkan dari bekas saputangan Papa, (Name) akhirnya menyelesaikan bonekanya. Ironi memang, karena ia diajarkan oleh seorang biksu yang pernah dia temui di sebuah kuil.

Kala itu, setelah (Name) seperti biasa menyortir barang tapi kali ini spesial karena itu permintaan salah satu penonton kesayangan Papa. Penonton itu meminta barang yang dia inginkan dan disanggupi Papa. Barang itu adalah barang kesayangan si penonton. (Name) juga tak berbuat banyak. Ia seperti berganti tugas dengan penonton itu.

Papa yang berdiri di sebelahnya menepuk sekali pundaknya dengan matanya yang menatap lurus ke penonton yang tengah beraksi dengan barangnya.

"Semua permintaan penonton adalah perintah mutlak bagi kita. Ingat itu."

(Name) mengangguk takzim dan kembali menonton.

Barulah setelah penonton itu puas, (Name) menyelesaikannya dengan sekali tebasan. Sesaat (Name) dapat melihat wajah yang tidak biasanya dari para barang. Bukan wajah ketakutan, tapi wajah penuh senyuman seolah tau jika hari itu adalah hari kematiannya.

Pertunjukan telah usai dan (Name) diberi kebebasan. Awalnya (Name) akan kembali ke toko permen tapi belum setengah jalan, hujan turun dengan derasnya. (Name) memutuskan berteduh di sebuah kuil. Ia berteduh di pelataran kuil tadinya sebelum seseorang datang sambil bersenandung di tengah kebisingan suara hujan.

Orang itu adalah seorang biksu di kuil ini. Dengan wajah teduhnya, ia meminta (Name) untuk masuk. (Name) ragu, ia belum pernah memasuki tempat suci. Ada perasaan takut jika dia masuk karena merasa tak pantas berada di rumah Tuhan. Tapi biksu itu mengenggam tangannya tanpa rasa jijik lalu menuntunnya masuk ke dalam kuil.

Biksu itu menawarkan handuk juga secangkir ocha hangat. (Name) menerimanya dengan sopan. Sembari meminum tehnya ia melihat beberapa kain. Biksu tadi kembali datang dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Tangan tuanya sangat lihai memilin kain dan menjadikannya sebuah boneka yang terlihat cukup lucu.

"Kau tau ini apa, nak?"

(Name) menggeleng. Ini pertama kalinya ia melihatnya.

"Ini Teru-teru bozu. Boneka yang bisa menangkal hujan."

Biksu itu memberikan satu kain ke (Name). "Cobalah. Ini sangat mudah. Siapa tau Kami-sama melihat boneka buatanmu dan menghentikan hujan ini."

Seperti ucapan biksu. Membuat boneka penangkal hujan sangat mudah. (Name) menunjukkan bonekanya ke biksu yang dihadiahi senyuman tulus. Ia juga menggantungkan boneka itu bersama boneka lainnya.

Ajaib. Hujan yang tadinya deras perlahan hanya menyisakan rintikannya saja. (Name) pun berlalu dari kuil tapi sebelum itu sang biksu berkata padanya.

"Janganlah kau sampai tersesat, nak."

(Name) tidak paham dan berpikir mungkin itu hanyalah ucapan perpisahan. (Name) menunduk hormat, berterimakasih dan pergi dari kuil.

Kembali ke (Name) yang menatap bangga pada karya barunya kemudian diangkat tinggi-tinggi agar cahaya lampu yang tengah menyinari kamar pemberian Papa terhalangi oleh boneka dengan desain mirip dengan malaikatnya.

THE WHITE PIERROT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang