13. Beautiful Liar

632 143 2
                                    

Kalau ditanya bagaimana bisa seseorang apalagi seorang anak yang baru menginjak umur sepuluh nanti di bulan desember dengan mudahnya melupakan berbagai insiden tragis yang bertubi-tubi menghantam kewarasannya kini terlihat baik-baik saja?

Bohong jika ia tidak dihantui oleh rasa penyesalan, rasa sakitnya. Setiap malam semua itu akan datang yang membuat tidur tak senyaman dulu lagi. Jika mimpi buruk hadir di tidurnya, ia akan terjaga hingga pagi menjelang.

Seperti sekarang.

Mimpi buruk untuk kesekian kalinya hadir lagi.

(Name) duduk tenang di kursi yang menghadap ke jendela dengan masih menampilkan pemandangan langit malam. Tidak ada pergerakan kecuali dadanya yang naik-turun untuk bernapas. Iris orchid miliknya menggelap. Pikirannya melalang buana hingga tersisa hanyalah kekosongan.

Setitik cahaya di ufuk timur perlahan tapi pasti mulai menerangi langit Tokyo. Lampu-lampu yang hidup satu persatu dimatikan. Terangnya mereka kalah oleh sang bola gas raksasa dengan kekuatan cahaya berkali-kali lipat. Warna kuning keemasan terpantul di iris orchid yang kembali mendapatkan cahayanya.

(Name) akhirnya mengerjapkan matanya. Pikirannya ditarik untuk kembali. Tubuhnya bangkit berdiri lalu berjalan mendekat ke jendela. Tangannya terulur untuk membuka jendela. Membiarkan cahaya mentari lebih leluasa memasuki kamar yang penuh dengan piagam penghargaan dan piala.

Rasa dingin bisa ia rasakan ketika ia memegang jeruji besi yang dulu dipasang Mama agar ia tidak mencoba kabur. Tapi itu percuma saja. Ia tidak akan pernah kabur. Karena apartemen inilah yang selalu menjadi tujuannya. Begitu pula saat bersama Papa. Walau ia sudah diberi kebebasan, ia tidak akan kabur karena ia tidak suka melihat orang lari dari masalah yang dihadapinya.

Ia benci itu.

Sangat. Sampai-sampai dia ingin membunuh orang yang seperti itu.

TOK

TOK

"Nona, apa anda sudah bangun?"

Suara rendah yang biasa mengintimidasi orang-orang yang mencari masalah dengan Pierre selalu melembut jika dihadapkan dengannya.

CEKLEK

Pintu dibuka lalu berdecit pelan. Seorang lelaki yang kini berusia dua belas tahun tapi sudah mempunyai tinggi hampir 190cm itu tersenyum mendapati Nona-nya sudah bangun.

"Anda mau sarapan apa?"

Itu benar.

Jika tidak ingin menjadi orang yang ia benci maka (Name) harus bisa berdampingan dengan rasa sakit dan penyesalan ini. Tidak ada gunanya menahan diri pada bekas luka yang akan tetap selalu ada. Tidak ada manfaatnya sama sekali jika terus jatuh pada kesedihan.

"Masa lalu hanyalah masa yang tidak akan pernah bisa lagi terulang."

Suara Hani menggema di benaknya. Sialan. Sepertinya berguru langsung pada orang yang sudah lama menghadapi kerasnya hidup ini, sudah terbiasa dengan pahitnya realitas hidup ini dan hidup berdampingan dengan dunia gelap ini akan menjadi sesuatu yang menarik.

(Name) membalikkan badannya. Ia dapat melihat senyuman tulus dari lelaki yang tetap bertahan di sisinya.

Dirinya tidak seorang diri. Sekarang, ia punya Pierre dan sebentar lagi ia akan mempunyai banyak teman sehingga ia tidak akan merasa kesepian lagi.

"Mn, mau pancake buatan Hani-san!" katanya riang disertai dengan senyuman lebar yang sangat cerah seperti mentari di luar sana

-----------------

THE WHITE PIERROT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang