Hani merentangkan tangannya lebar-lebar ketika sosok cantik jelita datang ke tempatnya. Wajahnya sumringah menyambut kedatangan sosok yang menyembunyikan rupanya dari balik masker putih dan tudung jas hujannya. Tepat sosok itu masuk ke dalam dekapannya, Hani memeluknya erat lalu membawanya untuk berputar kecil. Tak mempedulikan pakaiannya akan ikut basah.
"Hahaha..."
Suara tawa yang jernih membuat beberapa pasang mata yang tadi tengah bekerja langsung menghentikan aktifitasnya dan melihat sosok yang dipeluk oleh Bos mereka.
Surai putih nampak timbul dari balik dekapan Hani ketika Hani melepaskan pelukannya. Iris mata mirip dengan bebatuan amethyst itu nampak berbinar cerah saat membalas tatapan Hani.
"Akhirnya kau datang juga..."
"Maaf lama, Hani-san..."
Helaan napas keluar dari bibir merah tua Hani. Ia melirik salah satu barang yang ia jual. "Hei, kau. Ambilkan handuk untuk anakku ini. Cepat!"
Satu handuk kering diterima Hani dan segera digunakan untuk mengusak surai putih yang basah akibat si empunya yang kehujanan.
"Astaga, kenapa kau hujan-hujanan sayang... itu tidak baik untuk kesehatanmu."
"Karena aku suka..."
Sosok itu melepaskan maskernya yang membuat orang-orang di sekitar tertegun. Oh, astaga... cantik sekali. Apakah dia boneka yang hidup?
Semuanya mengagumi kecantikannya tapi berakhir ditatap tajam oleh Hani. Ia mengibaskan tangannya, mengusir barang-barangnya yang tidak bekerja.
"Apa kalian lihat-lihat?! Kembali bekerja! Asal kalian tau, anakku ini adalah pemimpin Pierre."
Pemimpin Pierre yang terkenal itu?
Mendadak semuanya membungkuk hormat pada sosok (Name). Sedangkan pemimpin Pierre, (Name) sendiri tidak memusingkannya. Ia malah melambaikan tangannya sambil mengumbar senyumannya.
"Santai saja. Ayo, kembali kerja."
Barang-barang milik Hani bergegas meninggalkan mereka berdua. Hani sendiri tak menyangka jika melihat (Name) yang masih terlalu baik pada siapapun. Benar-benar sosok pemimpin yang arif dan bijaksana seperti rumor yang beredar.
Jas hujan yang digunakan (Name) ditanggalkan menyisakan kemeja putih dan celana pendek dipadupadankan dengan stocking hitam basah. (Name) duduk di kursi yang sudah disiapkan barang Hani lalu membuka stockingnya agar ia tidak demam. Secangkir cokelat panas sudah tersaji di meja. Langsung saja (Name) menyeruputnya.
Bukan hanya secangkir cokelat panas saja tapi tersedia pancake dengan lelehan madu juga marshmellow yang sengaja dibakar agar menambah citarasa manis di pancake yang lembut itu.
"Umaii..."
Hani tersenyum melihat lahapnya (Name) memakan hidangan yang ia buat sendiri. Mau sehebat apapun pemimpin Pierre itu, (Name) tetaplah anak kecil yang mulai beranjak remaja. Sifat kekanakan (Name) tidaklah bisa hilang begitu saja meski masa kanak-kanaknya penuh dengan insiden tragis.
"Maaf menganggu Hani-sama." Salah satu barang Hani mendekat ke arah mereka berdua. Ia membungkuk hormat. "Terjadi keributan di depan sana."
"Apa yang terjadi?" tanya Hani
"Seseorang mengajak berduel dengan para preman hingga menimbulkan keributan."
"Sialan. Pasti orang yang berlagak ingin menguasai Kabukicho."
Hani bangkit lalu mengikuti barangnya. (Name) menyusulnya agak lambat karena harus menghabiskan pancake yang sangat enak ini. Jika Hani tidak menjadi mucikari, (Name) akan meminta Hani untuk membuka toko kue agar setiap hari menikmati pancake buatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WHITE PIERROT [Completed]
DiversosKini (Name) memang menjadi Queen bagi Hanma Shuji serta menjadi bidak paling disayangi Kisaki Tetta. Akan tetapi, siapakah sosok yang sangat jenius dengan surai nyentrik itu? Selamat datang dalam cerita lain dari The Grim Reaper. Dimana masa lalu d...