11. Awakening

710 148 2
                                    

Atmosfer di gedung milik Tuan Rentenir masihlah diselimuti awan dukacita. Para bawahan yang selalu setia pada Tuan Rentenir masihlah terpukul dengan kepergian Tuan mereka yang secara tiba-tiba. Acara pertunjukan yang menjadi primadona banyak dirumorkan akan ditutup selamanya membuat semua orang yang bergantung pada bisnis itu terancam mengalami kehilangan pekerjaan mereka dan tak lagi dapat menafkahi keluarga mereka.

Termasuk Tom yang meminta adiknya itu untuk mencari pekerjaan baru. Tapi adiknya itu malah tetap keras kepala untuk tetap berada di sana.

"Aku tidak akan meninggalkan (Name) sendirian!" kekeuh Jo

"Tapi Jo, Tuan Rentenir sudah meninggal dan bisnis itu terancam bangkrut. Kita tidak bisa hanya mengandalkan bisnis yang sudah bangkrut. Kita juga perlu uang untuk pengobatan Ibu!"

"Aku tetap akan bersama (Name)!"

Tom geram. Hampir saja tangannya melayang untuk memberi bogeman pada Jo jika tidak ada (Name) datang secara tiba-tiba.

"Bisnis itu tidak akan bangkrut." Manik orchid (Name) menatap dua kakak-beradik yang hampir saja saling memukul itu. "Aku jamin hal itu."

Tom pikir dihadapannya ini bukanlah (Name) yang sering ia goda, ia suka. Nampak lebih tegas bisa dilihat dari tatapan matanya yang menajam dan berkilat ambisius, bahunya yang tegak, dagunya terangkat dan napasnya begitu teratur seolah jika tidak teliti (Name) terlihat seperti boneka saja. Meski tubuhnya kecil tetapi aura yang terpancar membuat tubuhnya seperti seorang tirani.

"Aku yang akan memimpin bisnis itu," ucap (Name) tegas

"Hah?" Tom menatap tak percaya. "Kau..?"

(Name) membalikkan badannya. Wajahnya tetap menunjukkan raut minim ekspresi. "Aku tak perlu orang yang tak percaya padaku." Lalu pergi diikuti Jo, tapi Jo sempat berkata pada kakaknya itu.

"Ini keputusanku. Mau kau setuju atau tidak aku akan terus berada di sisinya," putus Jo

Tom menghela napas panjang. Ia berkacak pinggang. "Kau sudah jatuh terlalu jauh, Jo. Aku juga bukannya tak percaya pada kata-katamu (Name)." Ia mengangkat kepalanya. Menatapi langit yang tak bisa diprediksi. Tadi pagi masihlah cerah tapi kini kumpulan awan gelap sudah menutupi langit Kabukicho.

"Hanya saja, aku khawatir pada kalian berdua. Kita hidup di dunia yang sangat keras," gumamnya

Tidak ada yang bisa menghentikan (Name).

Itulah yang dipikirkan Jo saat (Name) dengan tegasnya akan memimpin puluhan pria berbadan kekar berwajah sangar bawahan Tuan Rentenir.

"Aku akan memimpin sekarang. Baik kalian maupun bisnis ini," ucap (Name) lantang di tengah-tengah lingkaran para bawahannya yang masih berkabung atas kematian Tuan Rentenir

"Apa maksudmu hah!"

"Berani sekali kau memerintah kami!"

"Temera... jangan berpikir kau punya kekuasaan seenaknya hanya karena kau menjadi algojo kesayangan Tuan!"

Ini baru pertama kalinya Jo melihat seorang (Name) menyeringai. Seringai itu terlihat sangat berbahaya sekaligus menakjubkan. (Name) juga sama sekali tidak menurunkan dagunya seakan dia tengah menerima tantangan dari para bawahan Tuan Rentenir.

"Aku sudah menduganya." (Name) merentangkan kedua tangannya. Memang tidak ada pilihan lain. Setiap langkah yang diambil pasti mempunyai resiko tersendiri. Tapi ia telah siap dengan segala resiko baik sekarang maupun nantinya atas tindakannya ini.

Namun ia tidak akan mundur. Bukan karena ini permintaan Papa -Tuan Rentenir tapi ini juga keinginannya sendiri dan kali ini tidak boleh ada yang menghalangi keinginannya.

THE WHITE PIERROT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang