Mendadak acara pertunjukan diliburkan hingga waktu yang tak dapat ditentukan karena para polisi –kata Papa sebagai anjing dari pemerintahan –mengadakan inspeksi ke daerah red distric di Jepang termasuk di Kabukicho. Mereka hanya mengawasi dan mengecek saja keadaan yang sadar atau tidak sudah menjadi daerah pemasok dana untuk pemerintahan karena bisnis yang sering dianggap stigma masyarakat.
Tetapi itu hanyalah akal-akalan mereka saja.
Faktanya, Papa harus menggelontorkan dana yang bisa dibilang tak sedikit untuk mereka agar bisnis Papa tetap lancar.
"Ya, kalau Tuan tidak ingin bisnis Tuan terdengar ke pengadilan, sekiranya Tuan bisa memberi jalan," ucap pemimpin polisi yang tersenyum politis, berusaha untuk menunjukan keprihatinan tapi itu hanyalah gimmick mereka agar orang-orang yang melihatnya jatuh dalam jeratan mereka.
"MEREKA LEBIH RENDAH DARI PREMAN PASAR!" pekik Papa ketika uang yang didapatkan dari hasil pertunjukan ludes diambil mereka.
"FUCK OFF! BASTARDO!"
Papa mulai mengomel dengan bahasa ibunya. Ia terus mencak-cak para polisi itu hingga akhirnya terbatuk keras. (Name) yang ada di ruangannya segera mengambil saputangan dan memberikannya ke Papa.
"UHUK! UHUK!"
Tak berapa lama setelah Papa mencoba mengakhiri batuk kerasnya, darah benar-benar keluar dari mulutnya. Saputangan putih bercampur dengan gumpalan darah merah pekat hampir hitam.
Papa tidak baik-baik saja. Terbukti dari betapa kentalnya darah yang keluar dari mulut Papa.
(Name) sigap membantu Papa untuk duduk di kursinya ketika kedua kakinya mulai goyah. Ia juga menyodorkan segelas air yang langsung Papa teguk hingga tandas.
"Ah.. shit."
Topi koboi yang akhir-akhir digunakan Papa diturunkan hingga menampilkan rambutnya yang sudah habis. Beberapa helaian yang tersisa sudah terlebih dahulu tersangkut di topi koboinya. Papa yang gagah di acara pertunjukan, Papa dengan penuh wibawa saat pertama kali bertemu, Papa yang menyeringai dan tertawa ketika para penonton kesayangannya memberinya banyak uang sangatlah berbeda dengan keadaannya yang sekarang.
Papa tidak lain seperti para lansia yang siap menuju peti kematiannya.
"Hal yang paling menyedihkan adalah bukan mati ditangan musuh tapi mati karena penyakitmu." Papa menyeringai lemah. Ia menatap (Name). "Mungkin ini saatnya perpisahan, nak."
(Name) menatap jauh ke mata Papa yang meredup. "Kau masih bisa memimpin pertunjukan lagi, Papa."
"Tidak, sayang. Penyakitku sudah menjemputku."
Walau pertemuan dengan Papa tidaklah sebaik di dalam cerita novel, Papa adalah sosok yang kini dekat dengannya. Ingatlah jika (Name) dijual Mama ke Papa untuk melunasi utangnya lalu membawanya ke acara pertunjukan dimana ia harus terus bertahan hidup dan sekarang hubungan mereka membaik bahkan ia sudah memanggilnya dengan sebutan Papa.
Papa adalah orang satu-satunya yang sungguh memegang kata-katanya untuk menjamin kebebasannya. Tidak ada lagi caci-maki, tidak ada lagi pukulan menyakitkan, tidak ada lagi kata-kata anak haram. Papa menjamin kebebasannya yang membuatnya bisa berlarian kemanapun ia mau, menginginkan barang yang ia inginkan dan melakukan apapun yang tidak akan membuat ia dimarahi lagi.
Meski dibalik kebebasannya ada syarat yang harus dipenuhi.
Tapi tak apa.
Hanya simpel.
Menghibur para penonton kesayangan Papa.
"Ada satu permintaanku, (Name)."
(Name) mendengarkan baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WHITE PIERROT [Completed]
RandomKini (Name) memang menjadi Queen bagi Hanma Shuji serta menjadi bidak paling disayangi Kisaki Tetta. Akan tetapi, siapakah sosok yang sangat jenius dengan surai nyentrik itu? Selamat datang dalam cerita lain dari The Grim Reaper. Dimana masa lalu d...