"Sayuran sudah. Apel sudah. Sebungkus penuh taiyaki juga sudah. Berarti aku tinggal pulang saja."
Sano Emma memasukan kembali daftar belanjaan ke keranjang. Harusnya hari ini ia diantar oleh kakaknya tapi Mikey –nama beken Manjiro malah sibuk dengan urusan gengnya yang harus melawan geng lainnya karena masalah sepele. Biasa lelaki jika menyangkut soal kesetiaan mereka nomor satu.
Jika teman mereka dilukai maka mereka harus membalas melukai lawan.
Tapi Manjiro dan teman-temannya demi Tuhan masih sekitar 11-12 tahun! Astaga, mereka semua benar-benar gila!
"Shin-nii juga masih sibuk di bengkel. Hah... tak heran kalau Kakek marah-marah terus. Rumah sebesar itu terasa hanya diisi kami berdua saja."
Keluhan Emma berhenti saat melihat siluet seseorang. Rambutnya putih mirip dengan kakaknya yang lain dan ia segera menghampiri orang itu. Tanpa berpikir panjang, ia memeluknya erat membuat tubuh yang dipeluknya tersentak kaget.
"Izana-nii kau kemana saja? Kenapa kau tidak menemuiku?! Aku hiks... rindu..."
Emma berharap sosok yang ia kira kakaknya membalas pelukannya tapi justru suara lembut yang ia dengar. Sontak saja Emma melepaskan pelukannya dan melihat lebih jelas orang yang tiba-tiba ia peluk. Wajahnya memang mirip dengan kakaknya apalagi mata dan rambutnya tapi ini lebih cantik dan lebih manis serta... lebih pendek!
PSSS....
Wajah Emma langsung memerah dan segera menunduk. "Maafkan saya. Maafkan saya. Saya kira anda kakak saya."
Sosok yang mirip dengan kakaknya tersenyum tipis. Ia mengibaskan tangannya. "Tak apa. Aku sudah terbiasa karena ada juga yang seperti itu. Wajahku pasaran ternyata."
"Tidak, maksudku... maaf!"
Sosok itu terkekeh kecil. Emma sampai terperangah karena sosok yang pastinya lebih muda darinya itu nampak sangat cantik sekali. Beberapa orang juga yang berpapasan dengan mereka berdua sampai menoleh pada mereka.
"Tak apa." Sosok itu merentangkan kedua tangannya. "Aku tak keberatan kau peluk lagi. Semoga saja, rasa rindumu itu bisa sedikit terobati dengan memelukku."
"Eh, tak –"
Ucapan Emma terpotong saat sosok itu memeluknya lagi. Tapi lebih erat seakan membantunya untuk sedikit mengobati rasa rindunya seperti ucapannya.
Emma membalas pelukannya yang hangat. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan sebuah pelukan meski itu dari Kaa-san sendiri. Ia sendiri pun lupa kapan Kaa-san memeluknya sebelum membawanya ke rumah utama Sano dan malah meninggalkannya di sana.
"Hiks... aku rindu... Izana-nii..."
Tangisan Emma menjadi puncak kerinduan yang tak lagi dapat ia bendung. Masa bodoh dengan ia yang memeluk orang lain, orang itu sendiri yang menawarkannya.
Beberapa menit kemudian pelukan itu terlepas. Emma mengusap matanya yang sembab dan tersenyum. "Terimakasih pelukannya. Aku merasa sedikit lega. Ah, iya. Namaku Emma, Sano Emma."
Sosok itu tersenyum. "Mereka memanggilku White."
"Terimakasih, White-chan."
"Sama-sama. Semoga kita bertemu lagi, Emma-nee."
Sosok itu segera berlalu setelah melambaikan tangannya. Emma membalasnya dengan riang. Itu benar, semoga ia bertemu lagi dengan White.
Tunggu... dia memanggil Emma kakak?
"Ha, mungkin aku salah dengar. Tidak, aku harus segera pulang. Kakek pasti akan khawatir."
Emma berlari agar cepat sampai rumah. Ia tidak menyadari orang yang dipanggil White itu masih ada di sana dan menatap kepergian Emma. Di sebelahnya berdiri anak kecil keturunan Afrika yang juga menatap Emma.
![](https://img.wattpad.com/cover/287366674-288-k151573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WHITE PIERROT [Completed]
RandomKini (Name) memang menjadi Queen bagi Hanma Shuji serta menjadi bidak paling disayangi Kisaki Tetta. Akan tetapi, siapakah sosok yang sangat jenius dengan surai nyentrik itu? Selamat datang dalam cerita lain dari The Grim Reaper. Dimana masa lalu d...