(Name) yang tengah membaca buku di kamarnya dan Mama yang tidur setelah menenggak tiga botol alkohol harus dikejutkan dengan suara pintu didobrak paksa. Gerombolan pria berwajah sangar dan membawa senjata masuk berbondong-bondong memenuhi kamar apartemen. Mama langsung terbangun hendak memarahi siapapun yang membuat kegaduhan tapi diurungkan.
Mama malah langsung panik ketika seorang pria dengan jas rapi berwajah datar berjalan membelah gerombolan preman.
"Oh, pagi Tuan," ucap Mama gugup
Pria itu menatap tak minat pada Mama. "Tenggat waktumu sudah lebih dari yang kau janjikan."
"Maafkan saya!" Mama langsung membungkuk dalam pada pria itu. "Saya harus membiayai anak haram itu agar ketika saya menjualnya itu harganya bisa lebih besar."
Pria itu menarik kasar rambut Mama hingga Mama jatuh bersimpuh. "Aku tidak peduli. Cepat bayar utangmu, jalang!"
"Ack... akan aku bayar... akan ku bayar Tuan.."
"Mama..."
Suara lemah (Name) terdengar hingga kini semua pasang mata tertuju padanya. Mama yang tadi memelas berubah mendengus kasar tapi tiba-tiba ia terkekeh kecil ketika sebuah ide muncul di otaknya.
"Bagaimana Tuan mengambilnya?"
Pria itu beralih menatap Mama yang tersenyum lebar setelah kehadiran (Name) cukup membuatnya tertarik. "Apa maksudmu?"
"Tuan, anak itu sangatlah cerdas bahkan ilmuwan pun akan takjub dengan kepintarannya. Sejujurnya aku tak pernah mengajarinya, aku hanya memarahinya dan terus memukulinya tapi lihatlah isi kamarnya yang penuh dengan piala.
"Bukankah bisnis Tuan memerlukan orang yang cerdas?"
Pria itu diam mendengarkan membuat senyuman Mama semakin lebar.
"Aku akan menjual anak itu padamu, Tuan. Terserah Tuan mau apakan anak itu aku tak peduli. Toh, dia hanya anak haram."
Pria itu akhirnya melepaskan tarikan di rambut Mama. Kemudian, ia berjalan mendekati (Name) yang berdiri dengan kepala tertunduk. Ia mengamati (Name) dari atas hingga bawah. Anak ini memang menarik sekali. Sialan, jalang itu bisa membuat anak yang secantik ini.
Pria itu memegang dagu (Name) dan mengangkatnya. Sejenak, ia terhipnotis dengan mata yang sangat indah seperti batu permata. Sayang sekali jika anak ini hanya dirusak oleh orang yang dia panggil Mama itu.
"Siapa namamu?"
"(Name)..."
Pria itu menarik sudut bibirnya. Baiklah, ia sudah memutuskan akan membawa anak ini.
"Aku akan membawa anak ini."
Perkataan pria itu membuat Mama bahagia. Ia tersenyum sumringah. "Terimakasih, Tuan."
"Akan aku anggap utangmu telah lunas."
"Arigato gozaimasu, Tuan!"
(Name) hanya bisa diam. Semua perkiraannya telah menjadi kenyataan. Cepat atau lambat ia memang akan dijual Mama. Ia hanya bisa pasrah ketika salah satu dari preman mengangkatnya seperti karung beras dan menaruhnya di pundaknya. Manik orchid miliknya menatap Mama yang tengah berjabat tangan dengan Tuan Rentenir yang langsung mengambil saputangannya untuk membersihkan tangannya seolah baru saja terkena kotoran.
(Name) dibawa ke salah satu gedung yang ternyata masih bagian dari Kabukicho. Gedung itu terlihat seperti gedung yang digunakan untuk berjudi. Banyak meja kasino juga mesin pachinko yang berjejer rapi. Gelak tawa, seruan frustasi dan desahan kecil memenuhi ruangan ini sebelum semuanya teredam ketika tubuh (Name) dibawa menuruni tangga kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WHITE PIERROT [Completed]
AcakKini (Name) memang menjadi Queen bagi Hanma Shuji serta menjadi bidak paling disayangi Kisaki Tetta. Akan tetapi, siapakah sosok yang sangat jenius dengan surai nyentrik itu? Selamat datang dalam cerita lain dari The Grim Reaper. Dimana masa lalu d...