Part 45 • Arunika

21.3K 2.4K 68
                                    


"ARUNIKAAAA!!!!!" Raini berteriak-teriak tepat setelah membuka pintu kamarku.

"Kenapa, Rain?" Tanyaku pada salah satu sahabatku yang baru pulang semalam.

"APA YANG TERJADI SELAMA GUE PERGI KEMAREN!!"

Aku yang sedang mengerjakan tugas hanya menengok ke arahnya sekilas, lalu kembali fokus pada layar laptopku. "Nggak ada apa-apa."

"Jangan bohong ya, Run! Gue tau dari Fayka kalo progres hubungan lo sama Bang Radit besar banget."

Aku mendengus mendengar pernyataannya. Fayka ini benar-benar orang yang hobi berbicara dan senang  membicarakan ku di belakang. "Jangan bohong juga ya Rain... Gue tau Fayka udah cerita banyak ke elo. Iya kan?" Tanyaku balik padanya.

Raini terdiam seketika. Membuka mulutnya dan menutupnya kembali, lalu membukanya dan mengatupkannya sekali lagi.

"Ya dia bilangnya gitu, kurang detail." Jawabnya kemudian, lalu duduk di sisi ranjang di kamarku.

Aku memang tidak punya kursi lain selain kursi yang aku duduki ini. Jadi jika ada orang yang masuk kamar, maka mereka bisa duduk di atas ranjang ku.

Belum juga aku menjawab pertanyaan dari Raini, suara gebrakan pintu dibuka mengalihkan perhatian kami.

Apalagi ini - batinku setelah melihat Fayka lah yang muncul dari balik pintu.

"APA YANG TERJADI ARUNIKA? LO JADIAN GAK BILANG-BILANG GUE?" Teriakannya mungkin bisa membangunkan seluruh penghuni kontrakan kami.

Saat ini sudah hampir pukul sepuluh malam, dan kedua orang ini justru datang dan membuat keributan.

"Lo tau darimana?" Tanyaku padanya.

Seingatku aku belum mengatakan perihal kejadian di chocoscafe hari ini. Lalu darimana mereka bisa tahu kalo aku dan Bang Radit sudah jadian?

"Jangan bilang lo belum liat instagram, Run?" Justru Raini yang menanggapi pertanyaanku barusan.

Wait! Apakah aku sudah melewatkan sesuatu yang penting?

Fayka memegang kedua bahuku tiba-tiba. "Sekarang lo coba cek akun lo dan liat seberapa banyak notifikasi yang masuk!"

Aku masih terdiam karena peganggannya pada bahuku cukup erat. "Cepetan, Run!" Lanjutnya kemudian.

"Ya ini tangan lo lepasin dulu... Biar gue bisa ambil hp." Seketika Fayka melepaskan kedua tangannya dari bahuku dan meringis.

"Sori-sori, terlalu bersemangat gue."

Sini duduk aja lo sama gue. "Raini menarik tangan Fayka dan menuntunnya untuk duduk di sebelahnya.

Aku berjalan ke sisi dekat stopkontak karena hp ku memang sedang di charger. Kebetulan tadi sempat kehabisan batrai sehingga harus menyalakannya terlebih dulu.

"Lo jahat banget tau, Run. Masa kita harus tau dari instagram info sebesar ini. Bukannya denger dari mulut lo langsung!" Aku mengerutkan dahi kembali karena belum paham dengan maksud perkataannya.

Tingkat DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang