Jangan lupa follow author dulu ya bestie ❤️
You cant't start the next chapter if you keep re-reading the last one
***
Pernah terjebak dalam situasi awkward dan tidak bisa keluar?
Jika belum, setidaknya kamu harus mencobanya sekali dalam seumur hidup. Mengapa? Karena sensasinya benar-benar unforgettable banget
Awkward adalah sebuah kata dalam bahasa inggris yang artinya canggung. Dan aku tidak pernah sekalipun membayangkan akan mengalami situasi ini bersama Bang Bima dan juga Bang Radit.
Oke, biar aku jelaskan apa yang sesungguhnya sedang terjadi saat ini, di SINI.
"Ika?" Ingatanku kembali melayang pada kejadian setengah jam lalu, tepat saat suara tidak asing seseorang benar-benar berhasil menghentikan gerakanku menendang tulang kering Bang Bima.
Firasatku benar-benar langsung tidak enak, apalagi setelah mendengar satu kata yang keluar dari laki-laki bertubuh jangkung di depanku.
"Radit!" Bang Bima menatap lurus ke depan, dan dua detik setelahnya menyunggingkan senyum ramah kepada orang yang barusan di sapanya.
BUNDA..... Tolong hilangkan aku sekarang dan kembalikan tahun depan!
Aku hanya mampu menyunggingkan senyum kecut saat tiba-tiba Bang Bima membalikkan tubuhku hingga berhadapan langsung dengannya, Radit, Raditya.
"Eh, Bang Radit. Sendirian, Bang?" Tanyaku sembari membenarkan posisi tas di bahu kiri (yang sesungguhnya) tidak perlu dilakukan sama sekali.
Tubuhku hampir saja oleng jika tidak bisa mengendalikannya, dan syaraf-syaraf ku juga sepertinya tiba-tiba bekerja dengan tidak cukup baik. Dan sungguh aku merasa tidak benar.
Bang Radit masih terdiam dengan pandangannya yang tajam mengarah ke arah bahuku.
Aku mengikuti pandangannya, dan entah kenapa dengan refleks langsung menepis tangan Bang Bima yang berada di atas keduanya. Aku bukannya merasa terlalu percaya diri jika dia merasa terganggu atau lebih mustahil nya cemburu, namun itu benar-benar gerak reflek yang tidak bisa di kontrol bahkan oleh diriku sendiri.
"Cuma berdua bro?" Bang Radit bertanya kepada Bang Bima, sesaat setelah keduanya menyapa ala laki-laki.
Dapat kurasakan lirikan matanya ke arahku, dan sialnya itu benar-benar membuat kerja jantungku tidak normal seketika.
"Iya nih, sama bocah. Lo masih inget dia kan?" Jawab Bang Bima sembari menarik lenganku dan mendekat ke arahnya.
Kill.
Apakah Bang Bima tidak menyadari perubahan atmosfer diantara kami?"Bocah?" Aku mendengar Bang Radit menggumamkan sesuatu dengan nada kurang enak di dengar.
Lagi-lagi cepat-cepat aku melepaskan tangan Bang Bima entah untuk alasan apa. "Cuma mau nonton kok!" Entah kenapa mulutku malah mengeluarkan pernyataan yang tidak relevan dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
Double kill, Ika!!
"Hahaha" Tiba-tiba suara tertawa seseorang terdengar dari arah samping kiri.
Kulihat Bang Bima justru tertawa hingga aku harus memelototinya agar segera berhenti. "Oke-oke, jangan natap gue kaya gitu Run. Bola mata lo udah hampir keluar itu!" Lanjutnya sebelum berdehem dan mencoba meredakan tawanya yang benar-benar mengganggu telinga.
"Ini gue yang enggak tau apa-apa, apa gimana sih? Kalian berdua ada sesuatu? Kenapa gue ngerasanya kaya lagi ke gap jalan ama pacar orang ya?" Ucapnya sembari melirik ke arahku, yang dapat dengan jelas ku tafsirkan bahwa laki-laki berumur dua puluh dua tahun ini sedang meledek.
"AW!" Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menendang laki-laki yang barusaja berbicara ngawur. Aku benar-benar harus menghentikannya sebelum berbicara yang tidak-tidak, dan sangat menyulitkan bagiku untuk kedepannya.
Kulirik Bang Radit untuk melihat perubahan ekspresinya. "Sorry, Bang."
Dapat kulihat sekilas bibirnya yang justru menampilkan smirk yang belum pernah kulihat selama ini. Ekspresi paling ngeri dan tidak bisa ku tebak maksudnya seperti apa.
Dan ya, setalah kejadian singkat itu, aku terlalu linglung untuk menyadari apa yang sedang terjadi hingga saat kami duduk bertiga dengan posisiku ditengah-tegah untuk menikmati sebuah film yang sudah berjalan, yang sialnya juga saat ini belum ku tahu judulnya apa.
Tripple kill, Arunika!
***
"Filmya bagus?" Tiba-tiba suara seseorang terdengar dari arah kananku.
Refleks aku menoleh, dan kyaaaaaa! Bang Radit mencondongkan tubuhnya ke arahku hingga posisi kami benar-benar dekat. YA SEDEKAT ITU!
Jantung, please jangan buat aku masuk rumah sakit setelah ini.
Aku berdehem untuk menetralkan kegugupan. "Bagus kok," Semoga suaraku masih cukup jelas untuk di dengarnya.
"Seru?"
"Eh," Aku kembali menoleh ke arahnya (kali ini) dengan hati-hati karena sebelumnya saking deg-degannya langsung kembali menatap ke arah depan.
"Seru.." lanjutku berusaha tersenyum dan ya - lagi-lagi langsung kembali menghadap depan karena tidak berani menatap ke arahnya.
"Seru banget ya," Bang Radit mengetuk-ngetukkan tangannya di sisi bangku. "Lebih menarik daripada gue ya?" Lanjutnya yang membuat otakku blank seketika.
"Ha?" Aku langsung menoleh ke arahnya untuk memastikan pendengaranku barusan. Apakah salah dengar atau hanya imajinasi ku saja.
"Gapapa Ka, udah lanjut aja nontonnya." Jawabnya sembari mengacak-acak rambutku.
Ya Allah Bunda...... Melting banget
Rasanya mau jadi jeli aja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tingkat Dua
Teen FictionBagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adalah salah satu hal yang mustahil dalam hidupnya. Kehidupan tingkat duanya yang hanya diisi dengan kuliah dan pulang tepat waktu, lalu bergul...