Tidak ada hal buruk yang bisa terjadi selama kita pintar menyaring segala sesuatu yang baru. Justru, kita akan menjadi pribadi yang terbuka dan toleran karena bersedia menerima dan belajar hal-hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Tentu, disini aku tidak bermaksud menyalahkan orang yang tidak mau atau belum mampu beradaptasi. Karena dari sosok tersebut lah, kita akan mengetahui kelemahan dari setiap hal yang baru masuk dalam kehidupan.
Yang menarik, tidak semua orang bisa melakukan proses adaptasi dengan baik. Ada yang menyikapi suatu hal yang terjadi dengan cara kolot atau terlalu idealis, pasrah, pun ada juga yang sangat aktif dan mau bergerak untuk menyesuaikan. Dan lagi-lagi tentunya, dari jenis-jenis itu akan menghasilkan output yang berbeda dalam menjalani hidup. So, sepantasnya sebagai pribadi yang bijak, alangkah bagusnya bila kita mau belajar untuk mengikuti proses perkembangan yang terjadi sembari menyaring sisi baik buruknya.
Dengan beradaptasi, kita akan menemukan hal yang sebelumnya tidak ada dalam pikiran kita. Selain itu, kita juga akan tahu hal-hal menarik yang ada di dunia.
Masalahnya, aku tidak menyadari bahwa kali ini akan ada satu hal baru yang terjadi padaku. Time dead yang aku rasa sudah di lewati dengan baik, nyatanya baru dimulai setelah aku meninggalkan meja yang awalnya amat sangat ingin aku hindari.
"Takut, Bang." Aku menatap Bang Radit dengan wajah penuh khawatir.
Bang Radit memberikan senyum menenangkannya. "Mana tangannya?"
Bang Radit menarik tangan kananku kemudian menggenggamnya. "Sekarang masih khawatir?" Tanyanya lagi
"Sekarang ganti jadi deg-degan." Aku benar-benar tidak menyadari bahwa tanpa malu aku langsung berbicara jujur di hadapannya.
"Wah liat nih siapa yang dateng..." Laki-laki yang kutahu bernama Leo itu tiba-tiba betindak heboh setelah kami berdua muncul dari pintu.
Semakin dekat dengan kumpulan orang-orang itu, Bang Radit semakin mengeratkan genggamannya pada tanganku. Seolah mengerti kegugupanku dan mencoba mengalirkan energi positif.
Its okay, Ka. Everythings will be allright!
"Wow wow... Bawa gandengan cuy," Laki-laki berkaus hitam yang tidak kutahu namanya itu benar-benar membuat semua atensi mengarah kepada kami.
Jujur aku tidak menyangka jika orang yang biasa terlihat berwibawa dalam sebuah acara tiba-tiba bisa bersikap heboh hanya karena kedatangan kami.
"Sori-sori gue telat," Bang Radit meminta maaf karena keterlambatannya.
"Duduk, Ka!" Lagi-lagi Bang Radit membuatku tidak bisa berkata-kata dengan perbuatannya. Perhatian-perhatian kecil seperti menarik kursi untuk ku duduki ini sungguhan membuatku speecless .
"Uh uh...." Suara batuk pura-pura bang Leo membuatku mau tidak mau menoleh ke arahnya.
"Kenapa lo? Kaget ya gak pernah liat orang cantik?" Kontan aku mencubit perut Bang Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tingkat Dua
Roman pour AdolescentsBagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adalah salah satu hal yang mustahil dalam hidupnya. Kehidupan tingkat duanya yang hanya diisi dengan kuliah dan pulang tepat waktu, lalu bergul...