Part 26 • Raditya

25.4K 3K 99
                                    


Manusia selalu punya rencana
Tapi sebaik-baiknya rencana adalah apa yang sudah digariskan oleh-Nya

***


"Gimana, Han?" Aku melirik Reyhan  yang sedang duduk bersender melalui cermin besar di hadapanku.

"Hmmm..." Reyhan masih asyik dengan ponselnya tanpa memberikan atensinya padaku sama sekali.

"Bangsat!" Umpatan dari mulutnya langsung keluar saat aku melemparinya dengan gulungan kertas.

Aku mendengus mendengar umpatannya. "Mulut tuh mulut, di jaga!"

"Bang, bilangin temen saya bang biar cepet tobat!" Aku menoleh ke arah tukang potong rambut langgananku selama tinggal di kota hujan ini.

"Lagian lo ngagetin gue, Dit."

"Lagian lo gue ajak ngobrol malah main hp mulu."

"Eh, si anjing. Udah mending ya lo gue temenin ke sini. Masih aja gak tau terima kasih."

Aku mencibir Reyhan. "Utang lo gak jadi gue anggep lunas ya?"

"Eh. Eh. Dendaman banget sih lo, gue kan cuma bercanda barusan."

Aku tidak meresponnya dan kembali menghadap cermin.

"Jadi kenapa manggil-manggil gue?"

"Menurut lo udah oke belum gaya rambut gue?" Tanyaku sembari menyilakkan sebagian ujung rambut ke belakang.

"Sillow men.... Gantengnya gak ngotak!"

Aku melotot mendengar ucapannya. "Jangan jilat Han, gue udah kebal sama mulut manis lo!"

"Ya elah ini orang. Gue diem lo omelin, giliran gue jawab lo kagak percaya. Udah deh serah, gue gak peduli lagi."

"Yok balik. Lo udah kelar kan itu? Kasian masih banyak yang ngantri." Lanjutnya sembari bangkit dan meninggalkanku keluar.

Aku menoleh ke arah Bang Ridwan, which is penyelamat model tambutku untuk saat ini. "Makasih ya Bang, saya pamit dulu!" Ucapku setelah membayar jasa yang dia diberikan.


***

"Jadi mau makan dimana?" Reyhan mengamatiku yang sedari tadi tidak juga beranjak dari depan cermin di dalam kamar.

"Tempat makan sebelah pertigaan lampu merah. Menurut lo gimana?"

Kulirik Reyhan mengangguk-anggukan kepalanya. "Lumayan. Masih memenuhi standar lah buat makan sama gebetan."

"Lo bilang mau jemput doi jam berapa?"

Kontan aku melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. "Lima menit lagi gue otewe!"

"Good luck bro. Kali ini gue berdoa yang terbaik buat lo!" Ucapnya sembari berjalan ke arahku dan menepuk punggung.

Tingkat DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang