Percaya atau tidak, ada banyak orang di dunia ini yang terlalu banyak menuntut pada dirinya sendiri
***
"Sini, Run!" Aku berjalan mendekati Fayka yang sedang duduk di atas tempat tidurnya dengan menyilangkan kaki untuk menopang laptop.
"Nonton apa?" Tanyaku sembari duduk di sampingnya, dan melepas ransel ku yang penuh beban itu.
"Fish upon the sky."
Aku yang tadinya sudah hilang semangat kontan menegakkan punggung. "Episode tujuh udah tayang emang?" Aku menggeser duduk ku untuk melihat apa yang ditampilkan oleh layar laptopnya.
Fayka mengangguk, lalu menggeser sedikit laptop di pangkuannya ke arahku. "Buffering beb," Ucapnya meringis.
Lagi-lagi Bogor memang sedang dilanda hujan. Angin kencang dan beberapa kali geledek, serta jaringan WIFI yang terganggu pun terpaksa harus kami alami karena hujan yang tak kunjung reda ini.
"Ini si Sutthaya gemoy banget deh!" Kami berdua sudah merubah posisi menjadi tengkurap diatas tempat tidur, dengan posisi laptop berada tepat di depan kami.
"Gue lebih suka Pi sih bep. Tapi hubungan mereka gemesin banget sih... Bikin melting." Fayka mengungkapkan pendapatnya sembari guling kanan guling kiri karena menunggu video streaming kami yang tidak lancar.
Aku menggumam menyetujui. "Lo inget nggak dialog di episode sebelumnya?"
"Yang mana?"
"Pas si Pi kehilangan maskernya itu loh...."
"Astaghfirullah!" Lalu aku dan Fayka sama-sama mengatakan dialog Mork yang membuat kami senyum-senyum karena baper.
"Anjir Fay, sadar yaelah...." Kami berdua terbahak-bahak setelah menyadari kekonyolan yang barusan kami lakukan karena meroleplay sebuah adegan.
***
"Fai!" Aku berjalan menuju ke depan meja belajar dengan tangan kanan yang sedang memegang ponsel, serta tangan kiri yang masih sibuk mengeringkan rambut.
Setelah selesai menonton episode tujuh Fish upon the sky tadi, aku memutuskan untuk keramas karena sudah hampir seminggu ini belum sempat membasahi rambutku tercinta.
"Fai..." Aku memanggilnya sekali lagi karena si perempuan yang saat ini berkacamata tak kunjung jua menoleh ke arahku.
Fayka sebenarnya duduk tepat di sebelah. Sayangnya, dia sepertinya tidak mendengar suaraku karena sedang memutar lagu di spotify yang dia hubungkan dengan earphone di kedua telinganya.
"Fay!!" Aku memanggilnya untuk ketiga kalinya sembari menoel-noel lengan kiri atasnya untuk memperoleh atensi.
Dan benar saja bahwa si maniak drama BL ini langsung menoleh. "Apa?" Tanyanya sembari menautkan kedua alis tebalnya.
"Le pas du lu." Aku menunjuk kupingku sendiri dan menunjuk ke arah kupingnya untuk memberitahunya agar melepaskan earphone yang sedang dia pasang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tingkat Dua
Novela JuvenilBagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adalah salah satu hal yang mustahil dalam hidupnya. Kehidupan tingkat duanya yang hanya diisi dengan kuliah dan pulang tepat waktu, lalu bergul...