Tujuan utama melihat festival ialah untuk melihat penampilan band anak sekolah. Aku selalu suka melihat Bayu dan teman-temannya berdiri diatas panggung memainkan alat musik dan bernyanyi. Saat itu Bayu terlihat sepuluh kali lipat lebih keren.
Penampilan hari ini sangat memukau. Banyak orang meneriakakan nama band Bayu memberikan dukungan. Aku juga ingin melakukannya tapi malu. Akhirnya aku hanya duduk di pojokan dan diam seperti batu.
Jika sudah seperti ini Sofia atau temanku yang lain pasti mengira aku bosan. Mereka langsung mengajakku pulang padahal aku masih ingin berlama-lama. Memiliki raut wajah tegas memang tidak mudah. Gampang sekali disalah pahami, bahkan saat hanya ingin diam tenang merek mengira aku orang jahat dan congkak.
"Ayo pulang saja, tidak ada yang menarik. Acara band juga sudah selesai."
"Sebentar saja, kita keliling sekali lagi."
"Mau keliling atau mencari Bayu?"
Aku meringis membuat Sofia mendengus.
Ketika kami akan pergi berkeliling mendadak ada ramai-rami di pintu masuk. Beberapa anak sekolah berbondong keluar dengan motor tampak tergesa-gesa. Kulihat Netra dan Rama ada di dalam rombongan itu disusul Bayu dan Haikal juga.
Karena penasaran aku pun bertanya pada orang-orang disana. Mereka mengatakan ada kecelakaan yang melibatkan anak sekolah kami. Aku tidak bisa mencerna dengan jelas informasi yang mereka berikan. Entah terlalu cepat atau aku yang kaget mendengar nama Milan disebutkan.
Aku segera berlari ke luar hendak pergi ke jalan raya. Aku ingin memastikan kebenaran kabar tersebut. Namun, seketika Vero menghadangku. Ia mengajakku pulang bersama karena hari mulai sore juga langit mendung.
"Pulang sama aku?"
"Iya, kan rumah kita satu komplek."
"Terus pacar kamu bagaimana?"
"Dia pulang dengan teman-temannya."
Aku pun pulang bersama Vero. Di sepanjang perjalanan aku terus memperhatikan jalanan siapa tahu bisa melihat kecelakaan itu. Aku benar-benar gelisah tetapi tidak bisa bertanya pada Vero. Aku malu kalau tiba-tiba bertanya soal Milan.
Vero yang tadinya berkendara agak kencang kini perlahan memperlambat laju kendaraan. Aku sedikit heran ada apa akhirnya menengok ke depan. Ku lihat di pinggir jalan sekitar satu meter dari sini Milan sedang melambai seraya tersenyum lebar. Ia tampak sehat wal afiat tidak lecet sedikitpun bahkan motornya juga berdiri tegak gagah perkasa.
"Lho katanya Milan kecelakaan?"
"Cie yang khawatir," cela Vero.
"Aku cuma bertanya ya."
"Tapi dari tadi seperti mencari sesuatu, tatapannya gelisah, sentuhan tangannya juga agak gimana gitu."
"Dari mana kamu tahu?"
"Memangnya aku tidak bisa merasakan Kak Kiran dari tadi meremas jaketku kuat sekali."
Aku pun segera melepaskan genggaman pada jaket Vero kemudian membuang muka. Vero malah asik tertawa karena lagi-lagi berhasil membongkar kebohonganku.
"Kak Milan yang menolong orang kecelakaan makanya dia tidak bisa datang ke festival. Tadi Kak Milan juga meminta tolong agar aku mengajak Kakak pulang."
"Haha-kalian sedang merencanakan sesuatu benar kan?"
Vero mengangguk.
"Okay, aku kasih spoiler. Kak Milan suka Kakak sebelum kalian masuk SMA."
"Otak kamu kebanjiran. Mana mungkin, kita beda SMP."
"Bukan di sekolah tapi tempat lain."
"Aku tidak tahu, tidak mau membahasnya."
Kuabaikan semua orang hanya karena aku takut dikecewakan. Tapi sesungguhnya hati ini inginkan kebenaran. Meskipun aku terlihat tidak peduli aku diam-diam menunggu surat yang ia janjikan. Aku ingin tahu apa yang akan ia ceritakan. Ia bilang itu sesuatu yang membuatku terkejut, paatilah itu rahasia yang belum aku tahu.
![](https://img.wattpad.com/cover/286809865-288-k654196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TREAT ME LIKE A QUEEN [ COMPLETED ]
JugendliteraturSedikit cerita tentang masa remaja. Ketika gadis pemalu bertemu dengan pemuda yang dipenuhi kasih sayang dan perhatian. Kirana yang keras kepala dan kekanak-kanakan dengan Milan pemuda yang memberikan perhatian tanpa meminta balas budi.