33. Surat Ke-6

30 4 6
                                    

Dear Kirana

Kamu pikir dengan kamu menjauh dariku dan teman-teman, aku tidak akan tahu apa yang kamu lakukan. Aku selalu dan masih memperhatikanmu. Selama itu pula aku terus jatuh hati tanpa tahu bagaimana cara berhenti atau memilikimu. Aku pun tidak mengerti mengapa kamu terus menolakku tetapi lagi dan lagi mengejar laki-laki lain.

Apa yang tidak aku miliki dari mereka. Kami sama saja kan?

6 bulan aku membiarkanmu melakukan apa yang kamu mau. Bahkan meskipun aku tahu setiap hari kamu bersenda gurau dengan Bayu aku baik-baik saja. Setiap jam kosong kamu berjalan-jalan di koridor lalu tidak sengaja bertemu Bayu entah di depan perpustakaan atau di aula. Kalau tidak diberi tahu Vero aku kadang melihat sendiri.

Sekolahku rasanya tidak ada guna karena aku sering membolos kelas hanya untuk menguntitmu. Sial, kenapa aku malah terkesa jadi bajingan padahal kan aku cuma mau menjagamu diam-diam.

Melihat kehidupanku yang kacau karena cinta gila ini teman-teman membuat rencana. Aku tidak pernah diberitahu apa rencananya aku hanya disuruh ikut mereka nongkrong.

Aku terkejut saat Vero tanpa komando mengatakan aku mau mengantarmu pulang sambil berboncengan. Dalam hati jujur aku bahagia sampai berbunga-bunga seandainya kamu mau itu akan jadi moment yang tidak terlupakan. Akan tetapi, dengan mudahnya kamu menolak. Kamu pergi begitu saja menerobos gerimis membuat hatiku teriris.

"Ini sudah sore pasti tidak ada bus. Masih ada kesempatan ayo kita ke halte," ujar Vero menyemangatiku.

"Jangan seperti ini, kemana Milan yang aku kenal selalu ceria yang tidak mempermasalahkan perlakuan kasar yang dia dapat." Netra menimpali sembari menepuk kedua bahuku.

"Dari pada hanya terlihat gila di belakang Kirana. Mulai sekarang realisasikan saja gilamu itu. Kejar dia sampai dia ikutan tidak waras."

"Kalau dia tidak bisa didekati dengan cara santai pepet saja dengan cara yang tidak biasa. Paksa dia agar melihat dirimu seorang."

Kalimat-kalimat konyol seperti itu yang sering kudengar saat aku mulai runtuh untuk memperjuangkan hatimu. Ada benarnya juga karena memang sifatmu yang tidak bisa diperlakukan dengan lembut tapi tidak ingin dikasari juga. Orang sepertimu memang tidak bisa didapatkan hanya dengan kata-kata harus dengan aksi nyata. Bahasa cintamu itu benar-benar membuatku gila.

Di malam setelah aku mengantarmu pulang kamu mengirimkan pesan padaku. Laki-laki boleh lebay tidak? Kalau aku bilang saat itu aku gemetaran sampai tidak bisa membalasnya apa kamu percaya? Aku sudah tahu ada pesan tapi aku pura-pura tidak tahu. Aku memilih bermain games sampai larut malam. Tapi, karena pikiran akan pesan darimu aku tidak bisa fokus dan kalah terus.

Marahlah aku, bisa-bisanya kalah bermain games 4 babak hanya karena ditanya aku sakit atau tidak. Setelah membalas pesanmu aku merasa lega dan bisa tidur nyenyak. Paginya aku melihat pesan darimu semalam yang belum aku baca. Katanya kamu mau membawakan bekal untukku. Wah, pagiku cerah matahari bersinar padahal masih subuh.

Salam jauh
Milan

TREAT ME LIKE A QUEEN [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang